Lirik Nonkader, Golkar Pilih Tantang PDIP daripada Bergabung

NYOMAN Sugawa Korry. Foto: gus hendra
NYOMAN Sugawa Korry. Foto: gus hendra

DENPASAR – Partai Golkar tidak mempersoalkan adanya suara tidak puas di kalangan internal, karena calon yang diusung di Pilkada 2020 di Bali tidak semua dari kader. Selain mengaku tetap percaya dengan kemampuan kader, memilih sosok nonkader juga bagian dari strategi politik belaka. Hal itu dikatakan Ketua DPD Partai Golkar Bali, Nyoman Sugawa Korry, ditemui beberapa waktu lalu.

Sugawa tegas menolak pandangan yang menyebut Golkar melirik figur di luar partai sebagai indikasi kurang percaya diri dengan kader sendiri. Kata dia, yang terjadi justru sebaliknya, partai sangat percaya diri dengan kader sendiri. Mencari sosok di “luar rumah” itu, ujarnya, karena Golkar ingin yang terbaik sesuai yang diharapkan masyarakat.

Bacaan Lainnya

“Bagaimana cara mengukur yang terbaik itu? Ya survei oleh lembaga profesional, bukan poling. Untuk apa punya kader baik di internal, tapi secara eksternal masih kalah dengan sosok lain?” cetus politisi asal Buleleng tersebut.

Jika memaksakan kader sendiri meski popularitas dan elektabiltasnya masih kurang, dia menilai langkah itu sama saja  menjerumuskan kader sendiri. Selain itu, aturan main di pilkada tidak ada mengharuskan peserta mengajukan calon dari kader partai.

Baca juga :  Lakalantas Motor Vs Motor di Tabanan, Satu Tewas, Tiga Luka-luka

Disinggung keputusan memilih nonkader secara tidak langsung Golkar justru menghambat pembinaan internal, kembali Sugawa menepisnya. Dia mengklaim, kendati Golkar memilih nonkader, pembinaan internal tetap jalan untuk melahirkan kader lain yang berkualitas untuk kontestasi. Hanya, jika mereka memang belum cukup mampu untuk berlaga, sikap terbaik adalah tidak memaksanya ke gelanggang. Jangan sampai karena belum waktunya, kader malah terpuruk karena kalah.

“Pilkada ini banyak risiko, seperti ekonomi dan psikologi. Kasihan kader yang sekarang belum potensi, mungkin 10 tahun lagi baru dia potensi (berkompetisi),” urai doktor ekonomi pembangunan tersebut.

Menurut Sugawa, keputusan untuk memilih tarung head to head dengan PDIP meski ada peluang untuk bergabung saja, lebih karena pertimbangan strategi. Artinya, sikap itu bukan karena faktor suka atau tidak suka secara personal. Di Golkar, tegasnya, berlaku mekanisme dan aturan main. Misalnya pencalonan, semua calon harus disurvei sebelum mendapat rekomendasi.

Khusus untuk Badung, untuk kali ke sekian Sugawa membantah sepinya kegiatan koalisi yang dibangun dengan Nasdem, Demokrat dan Gerindra di Badung sebagai tanda-tanda Pilkada Badung akan terjadi fenomena petahana melawan kotak kosong. “Bukan, Golkar tidak kesulitan untuk di Badung. Hanya berproses saja. Saya memang belum buka, nanti akan tahu sendiri setelah ini,” katanya dengan nada kalem sembari menyeruput tehnya.

Sebagai argumen, Sugawa berkata banyak pihak memprediksi PDIP begitu hegemonik, dan tidak akan mendapat lawan di luar Kabupaten Karangasem. Namun, melihat proses selama ini, dia mengklaim justru melihat optimisme untuk kontestasi.

Baca juga :  Badung Petakan Calon Penerima Hibah Pariwisata

Apakah termasuk optimis untuk Badung? “Di Badung sudah ada nama, belum finalisasi saja. (Apakah Wayan Suyasa, Plt Ketua DPD Partai Golkar Badung termasuk), nanti akan disampaikan,” sahut Wakil Ketua DPRD Bali itu dengan mimik tenang.

Menegaskan komitmen perjuangan di Badung, Sugawa bilang partainya tidak memposisikan diri lebih tinggi dibanding mitra koalisi meski perolehan kursi paling tinggi. “Kami semua setara, karena berjuang bersama. Gitu,” pungkasnya. hen

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.