POSMERDEKA.COM, MANGUPURA – Sebagaimana destinasi wisata dunia, Masyarakat Bali dan pemimpinnya mestinya malu dengan turis lokal maupun asing yang berwisata ke daerah kita. Pasalanya apa?
Seorang pramuwisata (guide) berpengalaman umur 74 tahun mengeluh, dan sengat kecewa. Ia sering membela Bali dengan berbagai dalih, setelah mendapat komplin dari turis yag dihendelnya.
Gusti Kompyang Aya Supartha (74 tahun) yang sejak muda menjadi guide Jepang khususnya, melihat Bali masih sangat buruk dari sejumlah sudut. Misalnya sampah belum dapat diatasi dengan tuntas, jalan rusak di mana-mana, banjir (kalau hujan), soal keamanan dan sebagainya. Ujungnya adalah menyangkut kenyaman turis.
“Itulah sejumlah hal yang sering dikeluhkan turis kepada saya. Apalagi sampah plastik masih berserakan di mana-mana. Sangat menyedihkan,” kata Gusti Kompyang asal Beringkt Mengwi Tani Badung itu.
Gusti Kompyang yang mengaku satu angkatan dengan Nang Lecir (Nyoman Oka) menjadi guide, banyak mendapat pengalaman pahit-getir mengehendel turis asing. Ia kenal dekat dengan tokoh dan praktisi pariwisata seperti Jro Gede Karang, Ketut Pekpek, Ketut Robin, John Panca yang semuanya sudah almarhum (go to ke dunia sunialoka).
Gusti Kompyang sendiri kelihatan masih energik, dan guiding di dunianya. “Astungkara, saya masih sehat. Malahan sering nongkrong di Sekretariat PHRI Badung, bantu-bantu kalau tidak ada kegiatan memandu turis,” katanya sumringah.
Ia mengharapkan pemerintah Bali segera menyelesaikan soal sampah dan kebersihan obyek wisata di Bali. Katanya, malu sebagai destinasi dunia namun daerahnya masih kumuh di mana-mana.
Sebagai warga Badung, ia mengharapkan bahwa Kuta yang menjadi sumber dana daerah itu seharusnya secara fisik dibuat kayak Singapura, bersih! Ditata jalannya dengan baik, gang dipercantik, banjir di atasi, termasuki sampah dibersihkan sehingga turis nyaman.
Parmuwisata lingsir (lansia) ini tidak menyalahkan pemerintah saja. Ia juga minta masyarakat sadar dengan lingkungan supaya selalu bersih. Sementara pemerintah memberikan hibah dana lebih besar sehingga obyek turis seperti Kuta, Canggu dan Bukit Jimbaran selalu rapi jali, sebagaimana kita melihat obyek – obyek wisata di luar negeri.
“Pernah saya mengantar turis ke Nusa Penida yang kini semakin ramai. Waduh, jalan nggak begitu jauh, rusaknya bukan main. Ini memalukan saya sebagai guide…. Apalagi turisnya komplin,” pungkas Gusti Kompyang Aya Supartha. (*)