POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Pengurus Provinsi Taekondow Indonesia (Pengprov TI) Bali melakukan audensi ke KONI Bali, setelah mengalami blunder dalam menyelesaikan persoalan yang terjadi di Pengkab TI Badung.
Blunder itu terjadi, karena Plt TI Badung yang ditunjuk Bali tidak mau diakui KONI Badung. Malah sebaliknya KONI Badung juga menunjuk Plt sesuai AD/ART KONI, sehingga terjadi dualism kepemimpinan.
Karena merasa ada kebuntuan, sejumlah elit Pengprov TI Bali menghadap ke KONI tanggal 3 Oktober 2024, mencari petuah, mungkin juga perlindungan dari induknya di struktur organisasi olahraga itu. Usai pertemuan dengan KONI semua pengurus TI Bali ngacir tidak mau ditemui wartawan.
Menanggapi pertemuan itu, Ketua KONI Badung Made Nariana yang didatangi wartawan untuk diminta tanggapannya, hanya senyum – senyum saja. Namun setelah didesak terus dengan banyak pertanyaan sejumlah media, ia akhirnya mau berkomentar.
Ia mengatakan, sebelumnya Ketua Umum Pengkab TI Badung Putu Winasa dimosi tidak percaya anggotanya. Melihat kondisi tersebut, Ketum KONI Badung bersama Sekrerarisnya Made Sutama menemui Ketua Umum Pengprov TI Bali Wayan Wetha yang saat itu didampingi Ketua Hariannya Muliasa.
Dalam pertemuan tersebut disepakati, persoalan diselesaikan di bawah dulu, sesuai dengan saran PB TI di Jakarta. Saat pertemuan itu Ketua Harian TI Bali Muliasa, memang sudah tidak sabar, mau langsung menunjuk Plt saja, namun ditolak KONI Badung sebab KONI belum menemukan apa salahnya Ketua Umum TI Badung Putu Winasa. Salahnya apa, di mana, harus jelas.
Dalam pertemuan itu, akhirnya dengan bijaksana Ketum TI Bali Wayan Wetha yang pensiunan Laksamana Angkatan Laut itu memberikan kesempatan kepada KONI menyelesaikan persoalan TI Badung di bawah. Ia menolak saran Ketua Hariannya yang kelihatan emosional segera ingin mengganti Putu Winasa.
“Nah saat itu – saya melihat Bapak Wetha sangat bijaksana dan polos. Sayangnya, team mereka di bawah rupanya tidak sabar. Saya bolak balik ditelepon Pak Sumada yang rupanya sebagai komando mosi tidak percaya itu, dan menanyakan “bagaimana kelanjutan proses Putu Winasa”.
Belum tuntas KONI Badung menyelesaikan persoalan seperti yang disepakati, keluar surat Keputusan (SK) TI Bali, menunjuk Plt Pengkab TI Badung,” kata Made Nariana dengan raut muka kecewa.
Nariana mengatakan, berdasarkan AD/ART KONI, KONI Badung juga berhak mengambilalih kepengurusan TI kalau ada kekisruhan. Di sinilah masalah, sehingga muncul dualisme, sebab KONI Badung juga menunjuk caretaker mengganti Putu Winasa sebagai Ketua Umum sampai dilaksanakan Muskablub, setelah melakukan proses mediasi, memberi peringatan I, II dan III kepada Winasa. Proses itu memerlukan waktu satu bulan lebih.
Rupanya, karena ada berbagai pendapat, dan opini yang muncul di media — termasuk apa yang dikatakan Ketua Bidang Hukum dan Etika KONI Bali Fedrik Billy SH, MH. Ia membenarkan langkah KONI Badung – maka Pengprov TI Bali kelimpungan dan bingung dengan sikap yang dilakukan tergesa-gesa.
”Saya kira atas dasar itu, mereka minta audensi kepada Pengurus KONI Bali, konon minta petunjuk,” kata Nariana seraya menyayangkan sikap TI Bali. ”Prsoalan itu seharusnya tidak perlu sampai ke KONI Bali kalau teman-teman di Pengprov TI Bali mau bersabar dan legowo melaksanakan aturan/ketentuan yang ada,” ketusnya.
Keberadaan cabang olahraga anggota KONI kabupaten/kota, tambah Nariana, tidak ada artinya tanpa mendapat rekomendasi dari KONI di mana ia akan mengembangkan atletnya. Fasilitas dan dana pemerintah ada di KONI kabupaten/kota.
Menurutnya, Pengprov tugasnya mengeluarkan SK sebagai ciri, memiliki akar di bawah. Hakikatnya yang punya atlet adalah klub/dojang/sasana yang dibina KONI kabupaten/kota dengan dana pemerintah.
Kalau hal itu dipahami dengan benar, Pengurus Provinsi Cabor tidak akan ngotot ikut campur terlalu jauh, kalau tidak ada kepentingan tertentu. Memangnya Pengurus Provinsi pernah membiayai atau mendanai Pengkabnya dalam membina atlet?
Ketika ditanya wartawan, bagaimana KONI Badung, dengan adanya saran KONI Bali supaya dilakukan kombinasi dalam menyelesaikan persoalan TI Badung?
Nariana tegas mengatakan, sejak awal KONI Badung sudah bertemu dengan Ketum Pengprov TI Bali. Itu artinya KONI Badung ingin selesaikan persoalan anggota, bersama-sama.
“Tapi harus dipahami prosedur yang ada. Prosedur yang kami lakukan memberi peringatan-peringatan kepada Ketua Umum Pengkab yang mendapat mosi tidak percaya. Kalau prosesnya lama, tolong disadari. Jangan diselonong di tengah jalan,” kata Nariana yang juga mantan Ketua KONI Bali itu.
Ia sangat sedih, selama memimpin KONI Badung, TI Badung sudah tiga kali mendapat ujian seperti ini. Pengurusnya selalu dirongrong temen sendiri padahal prestasi atlet TI Badung cukup baik. Kini dua atlet Badung dipanggil PB TI ke pelatnas ke Jakarta. (*)