Kenormalan Baru, Tingkat Hunian Hotel Hanya 5-9 Persen

Foto: HOTEL SEJUMLAH hotel di kawasan Badung terlihat lengang. PHRI Badung mencatat di era kenormalan baru, tingkat hunian hotel hanya 5-9 persen. Foto: ist
Foto: HOTEL SEJUMLAH hotel di kawasan Badung terlihat lengang. PHRI Badung mencatat di era kenormalan baru, tingkat hunian hotel hanya 5-9 persen. Foto: ist

MANGUPURA – Era kenormalan baru dan dibukanya akses pariwisata Bali, ternyata belum banyak mengubah wajah pariwisata Badung di masa pandemi Covid-19 ini. Kunjungan wisatawan lokal maupun domestik belum bisa mendongkrak tingkat hunian hotel. Lesunya okupansi hotel di Badung dibenarkan Ketua Persatuan Hotel Restoran Indonesia (PHRI) Badung, I Gusti Ngurah Rai Surya Wijaya, Rabu (12/8).

Kata Suryawijaya, sejak 9 Juli 2020, Bali membuka diri wisatawan lokal dengan tetap menerapkan protokol Kesehatan. Tujuannya agar kegiatan ekonomi bisa berjalan. Kemudian, sambungnya, 31 Juli 2020 membuka untuk wisatawan domestik atau wisatawan Nusantara. ‘’Tingkat hunian hotel (masih) satu digit. Ada lima persen sampai sembilan persen, itu yang terjadi,’’ serunya.

Bacaan Lainnya

Pemprov Bali maupun kabupaten/kota, ulasnya, mempersiapkan secara matang penerapan protokol kesehatan di era kenormalan baru ini. Provinsi berwenang memverifikasi hotel bintang 3,4,5 dan usaha agen travel. Untuk hotel bintang 1,2, hotel melati, pondok wisata, villa, dan DTW itu kewenangan kabupaten/kota. ‘’Tim ini sudah dibentuk dan berjalan,’’ terangnya.

Kata dia, ada sejumlah akomodasi pariwisata yang diverifikasi. Namun sebelum tim turun, pihak hotel atau restoran mempersiapkan diri atau verifikasi mandiri. Setelah itu, tim turun untuk mengecek semuanya. Jika memenuhi persyaratan, tim akan menandatangani berita acara dan mendapat sertifikat. Mereka juga membuat pakta integritas yakni berkomitmen menjalankan protokol kesehatan kenormalan baru.

Baca juga :  Retribusi Pasar, Disperindag Bangli Dipatok Rp9 Miliar

Terkait rencana membuka Badung untuk wisatawan mancanegara, Surya Wijaya mengakui awalnya ditetapkan pada 11 September mendatang. Namun, setelah melalui rapat terbatas dan tertutup, kemungkinan rencana itu ditunda. Alasannya, situasi kondisi Covid-19 di Indonesia meningkat terus, khususnya transmisi lokal.

Selain itu, di sejumlah negara terjadi gelombang kedua pandemi Covid-19, sehingga lockdown atau karantina dilakukan di banyak negara. ‘’Kalau kita buka, wisatawan juga tidak bisa ke sini karena masih lockdown,” ungkapnya.

Dia hanya berharap masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan sesuai yang dikeluarkan pemerintah. 020

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.