Resep Membeludak-Sistem BPJS Masuk di Awal Bulan, Dirut RSUD Sanjiwani Minta Maaf Layanan Obat Terlambat

DIREKTUR RSUD Sanjiwani dan jajaran memberi keterangan pers ke media. Foto: adi

POSMERDEKA.COM, GIANYAR – Direktur RSUD Sanjiwani Gianyar, dr. I Nyoman Bayu Widhiartha, menanggapi keluhan para keluarga pasien dalam mendapat pelayanan obat. Keluhan terjadi karena waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh obat bisa sampai berjam-jam.

Ditemui Rabu (9/4/2025), dr. I Nyoman Bayu Widhiartha menyatakan tidak menepis lamanya keluarga pasien dalam mendapat layanan obat. Dia mendaku semua pasien dilayani sesuai SOP alur pasien untuk mendapat obat, agar tidak ada kesalahan resep atau pun kesalahan administrasi.

Bacaan Lainnya

Alur resep obat dikirim melalui sistem resep elektronik oleh masing-masing poliklinik, masuk ke apotek rawat jalan, untuk selanjutnya dilakukan pengkajian resep oleh petugas farmasi dengan teliti. Ini menyangkut kesesuaian nama pasien, nama obat, dosis obat, jumlah obat, bentuk dan kekuatan sediaan obat.

Hal tersebut, sambungnya, bertujuan agar obat yang diserahkan kepada pasien tepat, dan sesuai dengan urutan resep yang masuk. “Setelah selesai proses pengkajian, obat diambilkan, dikemas, diberi label aturan pakai, dan diserahkan kepada pasien disertai pemberian informasi obat,” bebernya.

Hanya, urainya, ada kendala ketika melaporkan resep obat ke sistem BPJS. Jika tidak melaporkan, pihak RSUD tidak bisa melakukan klaim pembayaran. “Awal bulan biasanya web ini akan mengalami gangguan, masuknya cukup lama, mulai pertengahan bulan baru sistemnya lancar,” lugasnya.

Baca juga :  Musrenbang Desa Dangin Puri Kauh

Lebih jauh diungkapkan, pasien mengalami penyakit kronis atau nonkronis, obat yang didapat berbeda. Begitu juga dengan waktu yang diperlukan untuk mendapat obat itu juga berbeda. Standar jika itu obat racikan pasien hanya butuh waktu 60 menit. “Jika obat biasa maksimal 30 menit,” jaminnya.

Sekali lagi, ulasnya, kondisi di lapangan tidak bisa diprediksi. Membeludaknya resep obat yang masuk, ditambah sistem elektronik yang tidak lancar, membuat pelayanan jadi terhambat.

Hari Selasa (8/4) lalu saat mendapat keluhan keluarga pasien itu, dia berujar ada sekitar 400 paket resep obat yang masuk. Selain sistem BPJS, membuat obat racikan juga perlu waktu. “Belum lagi harus memasukkan ke dalam kapsul agar dosisnya sesuai. Sementara jumlah tenaga apoteker masih sangat mencukupi,” imbuhnya.

Atas situasi yang terjadi kemarin, dia minta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Untuk membenahi hal ini, dia bilang manajemen melakukan uji coba antrean pengambilan obat dengan menggunakan barcode (kode batang).

Pasien atau keluarga pasien bisa melihat perkiraan berapa lama menunggu obat. “Nanti akan kelihatan di layar monitor nomor antreannya, dan mereka bisa memperkirakan waktunya,. Jika nanti nomornya sudah terlewatkan, obat bisa langsung diambil,” tandasnya. adi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.