Publik Dominan Tahu Pilkada dari Baliho

KADEK Dwita Apriani (dua kiri) saat menyerahkan hasil riset LPPM Unud terkait media informasi Pilkada Denpasar kepada KPU Denpasar, Rabu (14/10/2020). Foto: gus hendra
KADEK Dwita Apriani (dua kiri) saat menyerahkan hasil riset LPPM Unud terkait media informasi Pilkada Denpasar kepada KPU Denpasar, Rabu (14/10/2020). Foto: gus hendra

BALIHO bak punya dua wajah antagonis. Di satu sisi, baliho masuk dalam daftar benda yang mesti direstriksi, karena berbahan plastik dan tidak ramah lingkungan. Di sisi lain, baliho menjadi media yang dominan memberi informasi masyarakat Denpasar tentang Pilkada Denpasar. “Dari hasil riset di Denpasar, 19 persen warga tahu ada Pilkada Denpasar itu dari baliho yang terpasang di jalan,” kata akademisi Unud, Kadek Dwita Apriani, mengutip data riset Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unud, Kamis (15/10/2020).

Penelitian LPPM Unud itu, terangnya, mengambil sampel 420 orang dengan masing-masing 105 orang di empat kecamatan di Denpasar. Metode penelitian dengan menyebarkan kuesioner dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dan sasaran terbesar kalangan generasi Y atau milenial sebanyak 28,6 persen.

Bacaan Lainnya

“Generasi Y diberi kuota lebih besar, karena secara demografi mereka menjadi penyumbang terbesar masyarakat saat ini. Dari jenjang pendidikan, responden tamatan SMA sebanyak 36,7 persen dan sarjana sebanyak 31 persen,” urai doktor politik alumnus FISIP Universitas Indonesia tersebut.

Membincang sumber informasi terkait pilkada, selain baliho, Dwita menyebut tokoh masyarakat menempati urutan kedua dengan 17,4 persen. Di posisi ketiga nangkring media televisi (16,9 persen), situs berita media daring di posisi enam (8,8 persen), dan media cetak di posisi ketujuh (8,3 persen). Instagram di posisi empat (14,3 persen), disusul Facebook (11,7 persen). Sementara sisanya dihuni Whatsapp (1,9 persen), spanduk (0,7 persen), radio (0,5 persen) dan Twitter (0,5 pesen).

Baca juga :  Tak Kuat Menanjak, Pikap Terperosok ke Jurang Petanu

“Data ini menunjukkan fakta bahwa baliho (19 persen) masih jadi primadona untuk sumber informasi Pilkada Denpasar. Ini juga berarti media komunikasi konvensional masih diperlukan,” urainya.

Bahwa baliho masih dominan sebagai media informasi, ulasnya, karena jarang ada orang yang ingin tahu informasi soal pilkada dari media sosial. Selain itu, media sosial juga memakai sistem algoritma. Apa yang dominan dibuka oleh pemilik akun, maka informasi seputar kesukaannya itu yang ditawarkan. “Terlepas apakah baliho itu tidak ramah lingkungan, hasil riset ini menunjukkan masyarakat kita masih dominan memperoleh informasi dari baliho,” tandasnya. hen

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.