DENPASAR – Pengasuhan tidak hanya dilakukan ketika anak sudah lahir, tetapi dilakukan sejak anak masih berada di dalam kandungan. Pengasuhan yang baik dapat meminimalisasi faktor risiko terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk masalah gizi kronis (stunting).
“Oleh karenanya, peningkatan upaya promotif dan preventif dalam rangka perbaikan gizi melalui optimalisasi pengasuhan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) sangat diperlukan,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, Agus P. Proklamasi, dalam Advokasi Proyek Prioritas Nasional (Pro PN) Promosi dan KIE Pengasuhan 1.000 HPK di Denpasar, Rabu (26/8).
Dijelaskan, saat ini Indonesia, termasuk Bali sedang dihadapkan dengan masalah gizi buruk, termasuk stunting. Kondisi ini terjadi karena masih terbatasnya pemahaman tentang pengasuhan.
Dijelaskan, HPK menjadi hal yang penting dengan memastikan terpenuhinya kebutuhan fisik berupa gizi dan mental ibu serta bayi selama masa kehamilan hingga anak menginjak usia 2 tahun. “Intinya untuk mencegah terjadinya stunting pada anak khususnya pada masa 1.000 HPK, yakni 270 hari dalam kandungan dan 730 hari sampai anak usia 2 tahun,” jelasnya.
Lantaran begitu pentingnya 1.000 HPK bagi masa depan anak, maka orang tua dan keluarga perlu mendapatkan keterampilan dan pengetahuan dalam pengasuhan. Dalam hal ini BKKBN mempunyai tugas untuk menangani stunting dalam bentuk intervensi gizi sensitif yaitu berupa pengasuhan 1.000 HPK yang diberikan kepada orang tua dalam kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) oleh para kader dan Penyuluh KB.
“Program BKB tersebut antara lain dengan mengasuh dan membina tumbuh kembang anak melalui kegiatan stimulasi fisik, mental, intelektual, emosional, spritual, sosial dan moral dalam mempersiapkan generasi emas yaitu generasi yang sehat, cerdas dan berkarakter,” tambahnya dalam kegiatan yang diikuti 30 orang peserta itu. 015