Kandidat “Kuda Hitam” Diprediksi Muncul di Musda DPD II Golkar, Demer Dorong Kedepankan Musyawarah Mufakat

KETUA DPD Partai Golkar Bali, Gde Sumarjaya Linggih. Foto: ist
KETUA DPD Partai Golkar Bali, Gde Sumarjaya Linggih. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Musyawarah Daerah (Musda) untuk DPD Partai Golkar kabupaten/kota seluruh Bali diagendakan bergulir mulai September mendatang. Kandidasi di internal masing-masing DPD II mulai muncul, meski dengan skala berbeda-beda. Jika eskalasi meninggi, kandidat “kuda hitam” diprediksi sangat mungkin terjadi.

Ketua DPD Partai Golkar Bali, Gde Sumarjaya Linggih, menyebut Musda untuk DPD II diagendakan berlangsung mulai September sampai Oktober mendatang. Hanya, dia tak merinci mulai tanggal berapa berjalan, dan DPD Golkar mana yang akan memulai. “Sementara yang sudah pasti itu jadwalnya saja, mulai September sampai Oktober nanti. Soal daerah mana yang akan duluan, bergantung kesiapan pengurus di DPD II itu juga,” ujar Demer, sapaan akrabnya, ditemui pada Rabu (13/8/2025).

Bacaan Lainnya

Mengenai kondisi di masing-masing DPD II, Demer menilai sangat dinamis. Ada yang terbilang landai, ada juga yang tensi pergulatan internalnya agak tinggi. Dia membaginya dalam tiga klaster, yakni “solid”, “intens bertemu”, dan “terserah pada pemilik suara”.

Yang termonitor solid, jelasnya, yakni DPD Golkar Denpasar, Karangasem dan Buleleng. Definisi solid, sambungnya, adalah minim kompetisi di internal karena ada figur yang dinilai kuat. “Jadi, kader di daerah itu percaya dengan sosok yang memimpin sekarang. Selain itu secara prestasi juga ada, misalnya mampu menjaga atau meningkatkan perolehan kursi. Atau menang di Pilkada,” terang anggota Komisi VI DPR RI tersebut.

Yang terbilang klaster intens bertemu adalah DPD Golkar Jembrana, Tabanan, Gianyar, dan Klungkung. Maksudnya, para kandidat yang ingin berhasrat menjadi ketua intens bertemu untuk menjalin komunikasi politik. Karena intens bertemu untuk musyawarah, Demer mengaku yakin akan mendapat titik temu. Sayang, dia enggan merinci siapa saja kader yang ingin menjadi nakhoda partai di kabupaten tersebut. “Ya adalah, nggak enak saya sebut gamblang. Coba cari-cari sendiri saja,” kelakarnya.

Klaster terakhir yakni terserah pada pemilik suara, paparnya, yakni DPD Golkar Badung dan Bangli. Dia menyilakan kepada pemilik suara untuk berunding menentukan pilihan terbaik. Pemilik suara yakni Pengurus Kecamatan (PK), organisasi pendiri dan didirikan, serta organisasi sayap. “Silakan floor (peserta Musda) untuk mencari figur terbaik,” urainya.

Secara pribadi, dia mendaku ingin agar Musda bisa menentukan ketua dengan mengutamakan jalan musyawarah mufakat. Jika misalnya ada dinamika atau gejolak karena kandidasi sengit, Demer bilang akan berusaha menjembatani. Namun, jika upaya itu juga tidak mampu mendinginkan suasana, pilihan terakhir adalah melepas kepada para pemilik suara dengan cara voting.

“Maunya saya sih musyawarah mufakat, tapi kalau tidak bisa juga ya… Voting itu hakikat demokrasi yang tidak bisa kita hindari juga di titik tertentu kan?” tegasnya.

Disinggung ada minta “restu” DPD Golkar Bali sebagai salah satu pemilik hak suara, Demer menyebut minta restu boleh saja. Hanya, meski dapat restu, kandidat yang ingin maju tetap harus kerja keras  menggalang dukungan. Dia mencontohkan dirinya sendiri saat Musda Partai Golkar Bali bulan lalu yang, meski direstui DPP, tetap harus pontang-panting menghimpun kekuatan untuk menjabat Ketua.

“Silakan kerja keras juga bagi siapa saja yang mau, berjuang supaya diterima pemilik suara. Saya taat asas saja, apalagi dipantau DPP nanti,” jawabnya kalem.

Apakah ada potensi munculnya “kuda hitam” dalam Musda? “Kalau melihat tingginya konstelasi dan kompetisi, bisa saja banyak kuda hitam muncul nanti,” tandasnya tanpa merinci lebih jauh. hen

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses