POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Beberapa siswi peserta lomba cerdas cermat tingkat SMA/SMK yang diadakan DPD PDIP Bali serangkaian kegiatan Bulan Bung Karno, terlihat menangis sesenggukan, Kamis (13/6/2024). Segelintir temannya berusaha menghibur dengan menepuk-nepuk pundak mereka, ada juga yang membawakan tisu. “Sedih karena kalah di semifinal,” tutur Gung Alit, pelajar SMAN 2 Semarapura, Klungkung seraya mengusap air matanya. Dia dan timnya kalah bersaing untuk masuk babak final.
Melihat warganya bersedih, Ketua DPRD Klungkung, AA Gede Anom, mendekati tim cerdas cermat itu dan menyalami mereka satu per satu. “Nggak apa, semangat ya,” pesannya tersenyum. “Ya ini selain soal persiapan materinya, juga soal mental bertanding. Kalau mental kurang siap, belum jelas pertanyaannya sudah mencet bel,” tutur Ketua DPC PDIP Klungkung tersebut.
Ketua DPD PDIP Bali, Wayan Koster, yang dimintai tanggapan atas peristiwa “unik” itu, justru merasa bangga. Menurutnya, peserta yang menangis itu justru menunjukkan spirit untuk mengikuti lomba cerdas ini dengan menyiapkan diri sangat serius. “Mereka juga sangat berharap tampil juara mulai dari penyisihan, semifinal sampai final,” pujinya usai lomba.
Mengenai materi lomba, dia melihat pertanyaan sudah berimbang kesulitannya untuk masing-masing regu. Pertanyaannya juga secara umum bagus. Pembedanya hanya faktor kesiapan dan kecepatan peserta dalam menjawab soal dari juri.
“70 persen lebih bisa dijawab peserta soalnya. Kali ini jauh lebih komprehensif dibanding babak penyisihan kemarin, tingkat kesulitan juga lebih tinggi,” sambungnya.
Menimbang materi lomba terlihat lumayan berat, Koster mengapresiasi peserta karena sampai bisa menjawab soal yang sebenarnya terkategori memang agak mendalam. Tidak sebatas nomor perda, pergub atau undang-undangnya, tapi juga tanggal berapa ditetapkan.
“Perda Nomor 4/2023 tentang Haluan Pembangunan Bali Masa Depan 100 Tahun, UU Provinsi Bali, dan 44 Tonggak Peradaban Penanda Bali Era Baru dibahas sampai kepada maknanya juga, itu masuk ke dalam lagi, bukan pinggiran lagi,” terangnya. “Untuk final bobotnya lebih tinggi, lebih sulit lagi soalnya,” imbuhnya.
Dibandingkan lomba cerdas cermat tahun lalu, ulas Koster, antusiasme peserta sama kuatnya. Namun, materi yang dibahas berbeda, karena tahun lalu membahas susatra Bali. Yang tahun ini, karena temanya relatif berat, peserta harus belajar lebih detail.
Disinggung pengakuan peserta yang gagal ke semifinal bahwa waktu persiapan lomba relatif pendek dan isi ulangan umum, Koster menepis dan mendaku waktu persiapan sebenarnya tiga minggu. “Tapi nyatanya bisa (ada lolos ke final), itu ada 70 halaman, membacanya sangat detail. Ada jalan raya, jalan kecil, ini sampai ke gang-gang pun dia tahu (tentang kedalaman materi lombanya),” serunya bersemangat.
“Lebih menarik kalau lombanya antara kepala perangkat daerah (di Pemprov Bali) dengan anak SMA tadi,” kelakarnya sembari terkekeh.
Bagaimana dengan masih kurang luwesnya para peserta ketika diberi soal berbicara menggunakan bahasa Bali halus? “Wahh kalau itu, saya saja nggak ngerti itu, memang ngga bisa,” sahutnya cekikikan.
Untuk babak final yang akan dilangsungkan pada 21 Juni mendatang, yang lolos adalah SMAN 1 Kediri, Tabanan; SMAN 1 Tampaksiring, Gianyar; dan SMAN 1 Amlapura, Karangasem. hen