POSMERDEKA.COM, KARANGASEM – Dari sekitar 21 ribu balita yang melakukan penimbangan dan pengukuran terkait stunting di Karangasem, sebanyak 1.476 balita atau 7,03 persen dinyatakan masih stunting. Namun, angka tersebut jauh menurun jika dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 22,9 persen berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI).
Kepala Dinas Kesehatan Karangasem, I Gusti Bagus Putra Pertama, Selasa (19/9/2023) mengatakan, dari data tersebut bisa dibilang dikatakan kasus stunting di Karangasem masih baik. Angkanya jauh dari standar minimal pusat yaitu 14 persen. Bahkan kasus stunting di Karangasem masih di bawah Provinsi Bali yang sampai 8 persen.
“Angka stunting 7,03 persen ini sesuai dengan kenyataan berdasarkan hasil pengukuran dan penimbangan, bukan hasil survei. Jadi, bisa dibilang Karangasem aman dari bahaya stunting,” tegasnya.
Dari 21 ribu balita yang melakukan pengukuran dan penimbangan dengan by name by address, hanya 1.476 saja yang masih stunting. Mereka tersebar merata di setiap kecamatan, meski ada beberapa desa yang tidak ada satu pun balitanya mengalami stunting.
Dia menguraikan, menurunnya angka stunting pada tahun 2023 ini juga tidak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Karangasem. Misalnya melakukan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Selain itu, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di masing-masing desa juga cukup efektif untuk menekan angka stunting.
Kesadaran masyarakat, imbuhnya, untuk melakukan pola hidup sehat seperti tidak buang air besar sembarangan, mengonsumsi makanan sehat, dan rutin pemeriksaan ibu hamil juga turut membantu.
Karena itu, petugas kesehatan bisa kontrol perkembangan bayi sejak masih dalam kandungan sampai 1.000 hari pertama kelahirannya. “Saya yakin dengan upaya-upaya tersebut angka stunting di Karangasem dapat ditekan, sehingga terus mengalami penurunan,” pungkasnya. nad