DENPASAR – Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar mendorong seluruh satuan Pendidikan atau sekolah untuk bisa menerapkan Kurikulum merdeka belajar sesuai dengan aturan Mendikbud Ristek. Mendikbud Ristek berupaya Kurikulum Merdeka ini sudah mulai digunakan mulai tahun ajaran 2022/2023 di seluruh jenjang pendidikan jenjang pendidikan sehingga sekolah bisa melaksanakan kurikulum baru ini secara bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing.
“Inti dari Kurikulum Merdeka adalah Merdeka Belajar yaitu, dibuat agar siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Misalnya, jika dua anak dalam satu keluarga memiliki minat yang berbeda, maka tolok ukur yang dipakai untuk menilai tidak sama. Kemudian anak juga tidak bisa dipaksakan mempelajari suatu hal yang tidak disukai,” kata Kadisdikpora Kota Denpasar, AA Gede Wiratama, Jumat (22/4/2022).
Dijelaskan Wiratama, di Kota Denpasar sebanyak 32 sekolah dari berbagai tingkatan satuan pendidikan sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Rinciannya, 13 dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak, 10 SD, dan 9 SMP.
“Ke 32 satuan pendidikan itu merupakan sekolah penggerak yang sudah menerima SK dari Kemendikbud Ristek,” sebut Wiratama.
Selain 32 satuan pendidikan itu, sebanyak 199 PAUD, 179 SD, dan 51 SMP juga sudah mendaftar untuk melaksanakan Kurikulum Merdeka secara mandiri. “Tentu target kita tahun ajaran 2022/2023 semua satuan pendidikan di Kota Denpasar bisa menerapkan Kurikulum Merdeka,” sebutnya.
Wiratama mengatakan, saat ini sudah banyak sekolah yang melaksanakan berbagai pelatihan kepada para guru dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Malahan sejumlah sekolah mendorong agar mendukung penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah.
Kurikulum Merdeka disebut sebagai kurikulum baru yang menitikberatkan pada minat dan bakat siswa. Dalam Kurikulum Merdeka , pendidikan berpatokan pada esensi dari belajar di mana masing-masing anak memiliki bakat dan minatnya masing-masing.
Sistem yang digunakan Kurikulum Merdeka, sambung Wiratama, bertujuan agar anak-anak mengejar ketertinggalan pembelajaran akibat learning loss. “Di sekolah penggerak sudah ada peningkatan pemulihan akibat learning loss, karena ada sistem pembelajaran digital di Kurikulum Merdeka. Tanpa PTM pun, mereka bisa mengejar ketertinggalan pembelajaran,” ujar Wiratama.
Terlebih lagi, sambung dia, pelaksanaan PTM yang ditambah dengan program project based learning. Program itu memungkinkan siswa tidak hanya belajar teori, namun juga secara praktik. “Project based learning menjadikan siswa lebih aktif. Dengan satu proyek, siswa bisa mempelajari berbagai mata pelajaran. Dengan demikian pemulihan ketertinggalan bisa dikejar,” tambah Wiratama. tra