Banting Harga Hotel Bukan Solusi Cerdas di Masa Pandemi

AA Ngurah Adhi Ardhana. Foto: Ist
AA Ngurah Adhi Ardhana. Foto: Ist

DENPASAR – Upaya para pengelola hotel bertahan hidup di era pandemi Corona dengan banting harga kamar, memang berpeluang memberi napas tambahan untuk usahanya. Namun, langkah itu dinilai bukan solusi cerdas. Sebab, dalam kondisi waspada dengan Corona, faktor jaminan penerapan protokol kesehatan justru jadi faktor utama.

Anggota Komisi II DPRD Bali, AA Ngurah Adhi Ardhana, Selasa (18/8/2020) mengatakan, dalam kondisi sama-sama payah seperti sekarang tidak bijak atau bernas jika pengusaha saling berlomba menurunkan harga. Bahwa tamu domestik dikenal tertarik dengan harga bersaing, dia menilai itu terjadi dalam kondisi normal. Berhubung sekarang mereka berlibur dalam kondisi pandemi, penerapan protokol kesehatan dan keamanan tidak bisa dianggap sepele.

Bacaan Lainnya

Sebelumnya, Minggu (16/8/2020) malam salah satu manajer hotel bintang 3 di Denpasar menuturkan, persaingan harga kamar di masa pandemi tidak beda dengan sebelum pandemi. Ketika dia memasang tarif Rp 275 ribu per malam, kompetitornya berani menekan harga sampai di kisaran Rp 225 ribu. Meski hotelnya tetap dapat tamu sampai 15 kamar, pesaingnya itu jauh di angka tersebut.

“Memang soal harga itu kebijakan masing-masing hotel, tapi kalau begini caranya kan kami bisa saling bunuh. Itu harga 275 ribu sangat tipis dapatnya, masa harus diturunkan lagi,” keluh manajer yang enggan disebut identitasnya tersebut.

Baca juga :  WNA Positif COVID-19 Meninggal di RSUP Sanglah

Secara naluriah, ulas Ardhana, wisatawan memang menginginkan harga murah tapi kualitas maksimal. “Ya, itu memang benar. Namun, apa yang mereka inginkan saat ini hanya dapat dipenuhi oleh hotel-hotel berkelas bintang. Kalau hotel-hotel kelas melati akan kesulitan memasuki slot harga yang tersedia,” ulas pengusaha hotel tersebut.

Konklusinya, kata dia, hotel bintang 1 sampai 3 dan sekelasnya jika mengambil posisi banting harga jelas tidak bijak pun kurang cerdas. Tidak bijak, jelasnya, dikaitkan keberadaan hotel melati. Kurang cerdas, imbuh Ardhana, karena berkompetisi dengan hotel-hotel bintang di atasnya dengan kualitas maksimal. Apalagi kelas di atasnya memiliki ruang tawar lebih lebar akibat bintang 1 sampai 3 banting harga dengan situasi wisatawan yang terbatas.

“Ingat lho, orang yang bisa dan mau berlibur di saat krisis seperti sekarang ini tentu memiliki kekhususan. Jika pengusaha hotel saling banting harga, yang akan terjadi pengusaha kian terjepit dengan segala biaya produksi, pada saat yang sama jumlah kunjungan wisatawan domestik belum tentu meningkat signifikan,” ungkap politisi PDIP itu.

Disinggung adanya kesepakatan standar harga kamar sesuai tingkatan kelas kamar, dia menyebut ada rencana mengatur dengan pergub. Namun, regulasi itu belum sempat disiapkan, karena keburu Bali turut terseret dihajar pandemi. hen

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.