POSMERDEKA.COM, GIANYAR – Masyarakat Gianyar belum terbiasa memilah sampah. Terbukti semenjak diberlakukan kebijakan memilah sampah, tumpukan sampah tetap meluber dan mudah ditemui hampir di tiap sudut Gianyar. Spanduk larangan buang sampah seakan “tak bertaring”.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Gianyar, Ni Wayan Mirnawati, Kamis (20/2/2025) mengatakan, sampah liar tersebut pernah dibersihkan dan diangkut petugas kebersihan. Namun, setelah bersih, justru tumpukan sampah makin menggunung.
“Memang hampir di semua titik masih kita temui. Kami menduga, ini disebabkan karakter masyarakat yang ingin rumahnya bersih, lalu meletakkan semua sampah di depan gang atau jalan,” sesalnya.
Meski demikian, dia menyatakan DLH Gianyar akan terus berupaya memberi edukasi dan memaksa masyarakat untuk memilah sampah. “Pemilahan ini belum setahun, masyarakat belum terpola memilah. Masih perlu kita ingatkan terus. Dharmagiri juga kondisinya dulu sama, sekarang sudah membaik,” sambungnya.
Mirna mengungkapkan, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Temesi saat ini mengalami kelebihan kapasitas. Dari total kapasitas yang ada, kini hanya tersisa lahan seluas 38 are untuk menampung sampah baru. TPA Temesi telah menampung lebih dari 200 ribu ton sampah, sementara daya tampung idealnya hanya sekitar 131 ribu ton.
Dengan kondisi ini, Pemkab Gianyar berupaya mengurangi ketergantungan terhadap TPA dengan menerapkan konsep diet TPA. “Kami masih menerima sampah di TPA Temesi, tapi kami dorong pengelolaan sampah di sumbernya, seperti memilah sampah sejak awal agar yang masuk ke TPA semakin berkurang,” ujarnya.
Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup memberi peringatan agar pengelolaan sampah lebih diperketat. Karena itu, Pemkab Gianyar mengarahkan hotel, restoran, dan kafe untuk melakukan pengolahan sampah secara mandiri.
Jenis sampah yang paling banyak ditemukan di Gianyar adalah sampah organik, terutama yang berasal dari rumah tangga. Selain itu, sampah upakara dari kegiatan adat dan keagamaan juga menjadi salah satu penyumbang terbesar.
Untuk mengantisipasi masalah lingkungan, urainya, petugas kebersihan rutin menyiram sampah guna mencegah kebakaran, terutama saat musim kemarau. Saat ini, pengelolaan sampah di Gianyar ditangani 120 petugas kebersihan dengan dukungan 20 armada truk pengangkut sampah.
Sebagai langkah strategis, Pemkab Gianyar mengalokasikan anggaran sebesar Rp300 juta per desa untuk mengelola Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R). Anggaran tersebut berasal dari bagi hasil pajak daerah, dan diharap dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan sampah di tingkat desa.
Selain rumah tangga dan upacara, paparnya, sektor pariwisata ternyata menyumbang sekitar 40% dari total produksi sampah di Gianyar. Oleh karena itu, DLH mengarahkan destinasi wisata punya tempat pengelolaan sampah mandiri. “Seperti di Tirta Empul yang telah memiliki TPS3R di belakang kawasan tersebut,” pungkasnya. adi