Petani Kintamani Uji Coba Pengeringan Bawang dengan Solar Dryer Dome

PETANI bawang di Kabupaten Bangli, khususnya di Kecamatan Kintamani, mulai diperkenalkan cara pengeringan bawang dengan teknologi sederhana, yakni solar dome dryer. foto: ist

POSMERDEKA.COM, BANGLI – Petani bawang di Kabupaten Bangli, khususnya di Kecamatan Kintamani, mulai diperkenalkan cara pengeringan bawang dengan teknologi sederhana, yakni solar dome dryer. Ini adalah model pengeringan bawang dengan kubah dan inkubator ruangan tertutup, yang sumber panasnya adalah sinar matahari.

Model ini dipercaya bisa mempercepat pengeringan dan mencegah pembusukan bawang. Penggunaan teknologi ini mulai diuji coba di Kelompok Tani Sari Pertiwi Desa Songan, Kintamani.

Bacaan Lainnya

Pengurus Kelompok Tani Sari Pertiwi, I Komang Sukarsana, Senin (24/2/2025) mengaku optimis teknologi ini akan bisa membantu petani bawang dalam proses pengeringan produksi bawang merah. “Memang baru uji coba, namun kami optimis bisa bermanfaat bagi petani,” dakunya.

Sebelum uji coba teknologi ini, sebutnya, anggota kelompok berjumlah 20 petani mengikuti pelatihan pemanfaatan solar dome dryer. Mereka difasilitasi Bank Indonesia, dengan materi pelatihan diberikan mitra swasta dari Bandung, Jawa Barat. “Kami yakin penggunaan solar dome dryer ini berdampak positif bagi petani bawang,” sambungnya.

Manfaat teknologi ini, kata dia, membantu petani mempercepat pengeringan, khususnya pada musim hujan. Selain itu menjaga kualitas bawang, mengurangi umbi bawang membusuk atau menghitam. Hal itu karena umbi bawang terlindung dari deraan hujan, mengingat dipayungi solar dome dryer.

Baca juga :  Pendidikan Bermutu Lahirkan SDM Unggul dan Berdaya Saing, Koster : Bentuk Integritas Siswa Sesuai Nilai Kearifan Lokal

Dalam keadaan cuaca normal, ulasnya, bawang baru akan kering daun setelah 2-3 minggu dengan pengeringan secara manual. Namun, dengan solar dome dryer diharapkan bisa lebih cepat. “Pengeringan juga menggunakan panas matahari, cuma tidak secara langsung,” bebernya.

Produksi rata-rata bawang di Kintamani 20 ton bawang basah per hektar. Namun, kalau sudah mengering beratnya tentu akan menyusut bisa sampai 35%. “Jadi, bergantung lama waktu pengeringan. Kalau untuk kering daun tapi sudah bisa dijual, penyusutan sekitar 35 persen,” tandasnya. gia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.