DENPASAR – Ritual napak pertiwi yang digelar di salah satu sanggar di Jalan Sutomo, Desa Pemecutan Kaja, Denpasar Utara, Bali menyebabkan tewasnya seorang penari rangda, Kamis (4/2/2021). Korban Gede NE (16) tertusuk keris di dadanya saat ngunying atau ngurek.
Saat peristiwa terjadi, Gede NE berperan sebagai penari rangda disertai beberapa penari lainnya sebagai pepatih. Awalnya acara napak pertiwi itu berjalan lancar. Hingga akhirnya, beberapa orang pepatih yang kerauhan menusuk rangda dengan keris secara bergiliran. ‘’Saat itu sekitar tujuh orang yang kerauhan, termasuk korban,’’ kata sumber polisi.
Usai ritual ngurek, pelajar SMA asal Dalung, Kuta Utara, itu tiba-tiba roboh sambil kesurupan. Lalu pihak sanggar membuka kostum rangda yang dipakainya. ‘’Ternyata dada kiri korban tertembus keris. Belum diketahui keris siapa yang melukai sebab yang ngurek ada beberapa orang,’’ tegasnya.
Korban sempat dilarikan ke RSUD Wangaya, Denpasar, sebelum dirujuk ke RSUP Sanglah. Namun akhirnya nyawa remaja itu tak tertolong akibat luka yang dideritanya.
Terkait kematian korban, Kasubbag Humas Polresta Denpasar, Iptu Ketut Sukadi membenarkan. ‘’Awalnya peristiwa itu tak dilaporkan ke polisi. Hingga akhirnya anggota Polresta Denpasar mendapatkan informasi dari masyarakat dan menindaklanjuti kejadian itu,’’ tegasnya.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, kata Sukadi, di sanggar itu memang sedang ada upacara pujawali (piodalan) dalam rangkaian Pagerwesi, mulai Rabu (3/2/2021) hingga Kamis (4/2/2021), pukul 01.00 Wita. ‘’Ritual terakhir ada upacara napak pertiwi berupa rangda yang diisi pepatih kerauhan,’’ tegasnya. ana