Kasihan Petani, Corona Bikin Harga Kakao Turun

CABUP Tabanan, I Komang Gede Sanjaya, baru-baru ini menyempatkan diri untuk meninjau kebun kakao, dan kemudian melihat proses pengolahan kakao menjadi cokelat siap saji di ‘Cau Cokelat Bali’. Foto: ist
CABUP Tabanan, I Komang Gede Sanjaya, baru-baru ini menyempatkan diri untuk meninjau kebun kakao, dan kemudian melihat proses pengolahan kakao menjadi cokelat siap saji di ‘Cau Cokelat Bali’. Foto: ist

TABANAN – ‘Desa Cokelat Bali’ kini ada di Banjar Cau, Desa Tua, Kecamatan Marga. Julukan tersebut digagas oleh sang pendiri, I Wayan Alit Arta Wiguna. Sebagian masyarakat desa setempat adalah petani kakao, dengan hasil kakao berkualitas untuk produksi cokelat.

Sementara pemilik ‘Cau Cokelat Bali’ yang juga ketua HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Tabanan, I Kadek Surya Prasetya Wiguna, mengatakan, bahwa sebelum ada pandemi Covid-19 situasi masih berlangsung baik. “Produk kami pun dapat diterima, baik secara lokal maupun internasional. Namun dengan ada pandemi ini mengakibatkan turun harga pasar,” ungkapnya.

Bacaan Lainnya

Pandemi Covid-19 ini bukan hanya mengakibatkan harga kakao turun, namun juga membuat petani kakao sangat kesulitan memasarkan hasil pertanian tersebut. “Saat seperti sekarang ini dibutuhkan strategi yang jelas dari pusat, domestik, provinsi, dan kabupaten. Baik itu dari kalagan pengusaha dan petani untuk berani keluar dari zona nyaman, yang selama ini bergantung dari dunia pariwisata,” ujar Surya.

Dengan didirikan ‘Cau Cokelat Bali’, selanjutnya diharapkan akan mampu memberikan ruang bagi petani untuk dapat menjual hasil pertaniannya. Selain itu, juga mampu menciptakan regulasi yang baik untuk kelangsungan hidup para petani kakao di Tabanan.

Baca juga :  Desa Adat Banjarangkan Gelar Parade Baleganjur Kreasi

“Kami dari ‘Cau Cokelat Bali’ mengubah strategi, yaitu dengan cara memberikan ruang yang luas bagi petani lokal untuk dapat menjual hasil pertaniannya. Dan, kami pun berharap masyarakat mau makan cokelat dari hasil pertanian kami ini, maka secara otomatis petani juga akan hidup,” tukasnya.

Sementara petani kakao yang diwakili oleh Ketua Koperasi Produsen Manik Amerta Buana, I Nyoman Suparman, menyebutkan bahwa koprasi yang dipimpinnya itu berdiri pada 2019, dan sekarang sudah memiliki anggota binaan sebanyak 500 orang. “Kami sudah melakukan kerja sama dengan ‘Cau Cokelat Bali’. Kerja sama ini bertujuan untuk mendapatkan penghasilan yang layak bagi para petani kakao di Tabanan,” ungkapnya.

Dikatakan Suparman, kerja sama yang dibangun dengan ‘Cau Cokelat Bali’ dengan konsep membangun dan saling membutuhkan. “Dengan demikian, kami lebih mudah untuk memasarkan hasil pertanian, yang tentunya dengan harga layak,” ujarnya.

Pada acara peresmian tersebut, juga dihadiri calon Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya. Suparman pun berharap kehadiran Sanjaya akan mampu jadi jembatan bagi para petani untuk memudahkan pengurusan izin terkait budidaya tanaman kakao organik. Selain itu, juga menjadikan tanaman kakao Tabanan sebagai tanaman kakao nasional. gap

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.