Hasil Paruman Sabha Purohita YSBB, Gelung Kori Tersambar Petir di Besakih Agar Dibongkar, Dirikan yang Baru

PARA sulinggih Sabha Purohita dan pengurus YSBB saat melakukan persembahyangan di Pura Agung Kentel Gumi, Klungkung, belum lama ini. Foto: ist
PARA sulinggih Sabha Purohita dan pengurus YSBB saat melakukan persembahyangan di Pura Agung Kentel Gumi, Klungkung, belum lama ini. Foto: ist

KLUNGKUNG – Gelung kori agung yang terletak di Penataran Agung Pura Besakih, Karangasem, tersambar petir pada bulan Maret 2020 lalu. Akibat tersambar petir, bagian puncak kori agung pecah dan hancur. Yayasan Sabha Budaya Bali (YSBB) menyarankan, gelung kori yang tersambar petir itu agar dibongkar semuanya.

Ketua Umum YSBB, I Gusti Made Ngurah, dalam acara persembahyangan peringatan HUT ke-14 YSBB di Pura Agung Kentel Gumi, pekan lalu, mengungkapkan, hal ini merupakan salah satu hasil paruman sulinggih Sabha Purohita YSBB yang digelar di Griya Gede Aaan, Banjarangkan, Klungkung pada 1 Agustus 2020. Paruman ini diikuti para sulinggih yang tergabung dalam Sabha Purohita YSBB antara lain Ida Pedanda Gede Putra Tembau, Ida Pedanda Gede Putra Bajing, Ida Pedanda Gede Made Putra Kekeran, Ida Rsi Agung Wayabya Suprabhu Sogata Karang, Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Kertha Bhuwana, Ida Pandita Empu Upadiaya Nanda Tanaya, Ida Jro Dukuh Udhaka Dharma, dan beberapa sulinggih lainnya.

Bacaan Lainnya

Dalam paruman itu dinyatakan, sesuai pedoman yang ada dalam Lontar Bhama Kertih bahwa setiap bangunan yang terkena/tersambar petir patut dibongkar (bahannya dihanyut ke segara) dan dibangun kembali yang baru. “Berdasarkan petunjuk ini, maka gelung kori agung di Pura Penataran Agung Besakih yang tersambar petir agar dibongkar semuanya, kemudian didirikan gelung kori yang baru dengan struktur yang kokoh/kuat. Selanjutnya dapat diupayakan membangun penangkal petir di sekitarnya, bukan pada bangunan kori yang dibangun tersebut,” kata I Gusti Made Ngurah.

Baca juga :  Progres Pembangunan Stage Ceningan Capai 72 Persen

Ia menjelaskan, paruman sulinggih Sabha Purohita YSBB di Griya Aaan itu, sejatinya mempunya tiga pokok bahasan terhadap isu atau wacana yang berkembang pada masyarakat Hindu Bali. Yang pertama, tentang upacara Maligia Marebu Bumi di Pura Besakih. Kedua, tentang adanya usulan perubahan struktur bangunan Padma Tiga di Pura Penataran Agung Besakih. Usulan ini datang dari Maharesi Indramadu Nawaratna yang katanya menerima pawisik bahwa bangunan Padma yang di tengah supaya dibuat lebih tinggi. Pokok bahasan yang ketiga, mengenai Hare Krishna yang sedang marak pemberitaannya dan memunculkan silang pendapat di medsos.

“Dalam paruman ini ada tambahan pembahasan tentang gelung kori agung Pura Penataran Agung Besakih yang tersambar petir beberapa waktu lalu. Tambahan acara ini atas permintaan dari Bendesa Besakih, Jero Mangku Widhiarta, yang hadir pada paruman didampingi I Gusti Mangku Jana dan Mangku Suyasa,” ujar Gusti Made Ngurah.

Pembahasan tentang upacara Maligia Marebu Bumi, dijelaskan, awalnya diperoleh informasi bahwa Pemda Bali merencanakan akan menyelenggarakan upacara ini pada tahun 2022 mendatang. Sementara berdasarkan hasil paruman sulinggih PHDI tahun 2001 telah ditetapkan tentang Maligia Marebu Bumi seyogianya dilaksanakan tahun 2079 Masehi (2000 Saka). Dalam tatanan pelaksanaan upacara di Pura Besakih telah pula ditetapkan bahwa upacara Maligia Marebu Bumi patut dilaksanakan seribu tahun sekali, yakni jika sudah 10 kali mengadakan upacara Eka Dasa Rudra.

Baca juga :  Kasus Penipuan CPNS, Satreskrim Polres Bangli Lacak Pelaku Lain

“Berdasarkan hal tersebut, paruman sulinggih Sabha Purohita Yayasan menyarankan agar pelaksanaan upacara Maligia Marebu Bumi di Pura Besakih mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan dalam paruman sulinggih PHDI tahun 2001. Jangan sampai upacara dimaksud mendatangkan bencana seperti pengalaman di masa lalu: salah kala, desa, patra, ila-iladahat,” jelas Gusti Made Ngurah.

Tentang usul perubahan struktur bangunan Padma Tiga di Besakih, hal ini tidak banyak dibahas karena sudah dibahas oleh Pemda Bali dan usulan tersebut telah ditolak. Paruman hanya menambahkan penjelasan bahwa Padma Tiga di Pura Besakih seperti bentuknya yang sekarang telah dirawat secara sekala (fisik) dan niskala (spiritual agama) dengan telah di-aci (diupacarai) berkali-kali sebagaimana mestinya.

Kemudian, tentang Hare Krishna, Sabha Purohita YSBB mengambil sikap menolak dengan keras keberadaan Hare Krishna di Bali dan meminta PHDI untuk segera menyikapi agar jangan berlarut-larut. Paruman meminta kepada PHDI dan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama bertanggumng jawab penuh untuk menyelesaikan polemik ini. YSBB juga mengimbau kepada masyarakat/umat Hindu agar berperan serta aktif dalam pengawasan dan penyelesaian masalah Hare Krishna/ISKCON dengan berpedoman pada hukum dan nilai-nilai luhur agama, adat, budaya, dan kearifan lokal Bali. rap

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.