DENPASAR – Peringatan Hari Tani Nasional ke-57 di Provinsi Bali berlangsung di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Kamis (24/9), secara sederhana dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat.
Pada kesempatan itu, Pemprov Bali menyerahkan sejumlah bantuan, di antaranya, tiga unit mobil oprasional kesehatan hewan untuk kabupaten Buleleng, Gianyar, dan Jembrana, bibit kelapa genjah Bali sebanyak 51.000 untuk delapan kabupaten, 200 ekor sapi yang dialokasikan untuk peternak di kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Klungkung, Bangli dan Karangasem, serta bibit bawang merah, sarana pengolahan jagung dan cabai.
‘’Bantuan tersebut adalah lanjutan dari bantuan lain yang telah diserahkan pada waktu waktu sebelumnya. Ini adalah bentuk apresiasi dan penghargaan atas jasa-jasa para petani,’’ ujar Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, IB Wisnuardhana, saat mendampingi Sekda Provinsi Bali, Dewa Made Indra.
Wisnuardhana membeberkan, dana untuk lelaksanaan Program Pembangunan Pertanian di Provinsi Bali Tahun 2020 berjumlah lebih dari Rp102 miliar dari APBD Provinsi Rp25,4 miliar dan APBN Rp77,4 miliar. Ia berharap, pertanian Bali tetap menjadi pertanian tangguh dan mandiri, menjadi sektor yang selalu siap menyediakan pangan untuk masyarakat dan garda terdepan dalam pelestarian lingkungan, adat serta budaya Bali.
Ia melanjutkan, sebagaimana Visi Pembangunan Bali tahun 2018-2023 yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali Melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru menempatkan pertanian sebagai salah satu dari lima bidang pembangunan proritas Provinsi Bali. Bali sebagai daerah tujuan wisata dunia yang ditopang oleh pertanian harus bersinergi.
Menurutnya, pariwisata Bali adalah pariwisata alam dan budaya, budaya Bali adalah budaya pertanian. Luas lahan pertanian Bali tercatat 318.131 Ha, terdiri dari 79.526 Ha lahan sawah (1.603 Subak Sawah) dan 238.650 lahan pertanian bukan sawah (1.118 subak abian). Lebih dari 50% rumah tangga di Bali masih mengantungkan mata pencaharianya di sektor pertanian dalam arti luas.
Untuk itulah pertanian di Bali harus terus dibangun dan dioptimalkan. ‘’Melalui spirit peringatan Hari Tani Nasional ini, kami mengajak petani tetap semangat melaksanakan kewajiban mulia dengan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat,’’ pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Sekda Dewa Indra mengakui, pertanian adalah sektor yang paling sentral. Buktinya, instansi pertanian, baik di tingkat kementerian, dan daerah tidak pernah hilang. Berbeda dengan instansi lain yang bisa timbul-tengelam seiring dinamika politik di pemerintahan.
Pertanian, masih menurut Dewa Indra, menjadi sektor penopang perekonomian Bali yang tergantung dari pariwisata. Ia mencontohkan saat peristiwa bom Bali 1, 2, erupsi Gunung Agung dan terakhir Pandemi Covid-19, ribuan orang yang kehilangan mata pencaharian di sektor pariwisata berbondong-bondong menjadi petani ‘dadakan’. Namun saat pariwisata sudah pulih, pertanian ditinggalkan. Pertanian juga menjadi isu yang sangat seksi bagi politisi.
Terkait ketersediaan bahan pangan di Bali, Dewa Indra, mengaku cukup puas. Hanya saja, pejabat asal Buleleng ini meminta Bali harus mampu swasembada bawang putih. ‘’Saya dengar berkali-kali laporan pak kadis, bahwa semua bahan pangan aman, surplus, kecuali bawang putih. Saya perhatikan selalu ada kecuali, kecuali. Untuk itu saya minta tidak ada kata kecuali lagi. Bali harus swasembada bawang putih, nanti atur caranya bagaimana,” pungkasnya. 019