DALAM ingatan Markus Affandi, bayangan kejadian tragis Bom Bali masih terpatri dengan kuat. Saat serangan bom meledak dua kali pada 2002 dan 2005, Bali seketika terguncang oleh gelombang kegelapan yang meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat.
Sebagai salah satu korban yang selamat dari tragedi tersebut, Markus telah melalui perjalanan yang penuh tantangan untuk mencapai titik di mana dia berdiri hari ini, sebagai saksi hidup akan kebangkitan Bali dari gelap gulita awan petaka.
Bali merasakan dampak yang mendalam dari tragedi bom Bali. Apalagi, pulau ini dikenal sebagai daerah yang bergantung pada pariwisata. Namun, di tengah-tengah reruntuhan dan duka yang menyelimuti, ada kekuatan yang muncul dari dalam untuk bangkit kembali.
Pemerintah telah menjadi peran kunci dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam ikut serta menjaga keamanan dan memastikan bahwa kejadian tragis seperti bom Bali tidak akan terulang.
Seperti banyak penduduk Bali lainnya, Markus bersyukur atas perjalanan pulihnya Bali dari tragedi masa lalu. Dia menyatakan dengan yakin bahwa kondisi saat ini di Bali aman dan kondusif. Hal ini tidak terlepas dari upaya keras pemerintah dan keterlibatan seluruh lembaga terkait, termasuk BNPT, BIN, Polri dan TNI dalam memastikan keamanan pulau ini.
“BNPT dan Polri melakukan pengamanan sesuai standar prosedur mereka. Saya kira sudah baik,” ucap dia.
Bentuk kepedulian terhadap korban (penyintas) aksi terorisme di Bali juga dilakukan lembaga negara baik BNPT dan LPSK. Bagi, Markus dan para penyintas di Bali, keduanya sudah seperti orang tua sendiri.
“Penyintas itu punya 2 orang tua, ayah kita BNPT, ibu kita LPSK,” ujarnya.
Setelah bangkit dari keterpurukan, Bali terus mendapat kepercayaan untuk menghelat event-event penting dalam skala internasional. Salah satu yang teranyar adalah World Water Forum (WWF) ke-10 pada 18-25 Mei mendatang. Forum yang akan dihadiri puluhan kepala negara ini diyakini Markus akan sukses besar karena kondisi Bali sudah sangat kondusif. Apalagi WWF dikawal dengan standar keamanan super ketat.
“Kondisi Bali saat ini tidak ada masalah dan baik-baik saja. Bali aman pascakejadian bom 20 tahun lalu,” kata Markus, Jumat, 3 Mei 2024.
Sebagai saksi hidup akan kebangkitan Bali, Markus melihat bahwa kehadiran event-event internasional di Bali bukan hanya akan meningkatkan kepercayaan wisatawan asing, tetapi juga akan memberikan dampak positif pada perekonomian lokal.
“Bali kan hidupnya dari pariwisata. Semoga dengan adanya event-event internasional bisa semakin menumbuhkan kepercayaan wisatawan bahwa Bali aman-aman saja, tidak seperti 20 tahun lalu,” kata Markus.
Dengan penuh harapan, Markus menggambarkan bagaimana Bali telah bangkit dari puing-puing tragedi untuk menatap masa depan yang cerah. Dia merasa bersyukur bahwa tanah kelahirannya kini telah pulih dari dampak pandemi Covid-19, memungkinkan kehidupan kembali berjalan dengan normal.
Untuk Markus, Bali adalah bukti nyata bahwa ketekunan, kerja keras, dan semangat untuk bangkit kembali dapat mengatasi bahkan tragedi terbesar sekalipun.
Seperti halnya perjalanan Markus, kebangkitan Bali adalah kisah tentang keteguhan hati dan tekad yang tak tergoyahkan. Dari bayangan kegelapan, Bali telah menemukan cahaya di ujung terowongan, membawa harapan bagi semua yang mengalami tragedi serupa.
Dengan penuh keyakinan, Markus dan penduduk Bali lainnya menatap masa depan dengan optimisme, siap untuk menyambut setiap tantangan dan membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
“Alhamdulillah kehidupan kami sekarang sudah kembali pulih semua. Hidup harus berjalan kan,” kata dia. (*)