MANGUPURA – Tradisi mengarak barongsai dan liong di Kuta menjadi salah satu ritual yang dilaksanakan Vihara Dharmayana/Leng Gwan Byo sehari sebelum hari raya Imlek (Chinese Lunar New Years). Maksud dari ritual tersebut adalah untuk menetralisir roh negatif (tolak bala) di setiap persimpangan, yang dilakukan oleh lima barongsai dan satu liong yang merupakan wujud tunggangan dewa-dewi.
Saat ritual itu dilaksanakan warga juga melakukan persembahyangan ke seluruh penjuru mata angin di setiap titik persimpangan jalan yang dilewati tersebut. Prosesi itu menjadi daya tarik bagi daerah pariwisata Kuta, Badung, Bali. Terlebih dalam rangkaian pelaksanaannya, umat vihara menggunakan sarana dan tradisi budaya masyarakat Hindu Bali.
Hal itu menandakan akulturasi budaya sangat kental di lingkungan vihara yang diketahui berdiri sejak tahun 1876 ini. Sayangnya, tradisi tersebut tahun ini tidak dilaksanakan karena situasi pandemi Covid-19.
Ketua pengelola Vihara Dharmayana/Leng Gwan Byo Kuta, Adi Dharmaja menerangkan, prosesi persembahyangan keliling di setiap persimpangan di Kuta yang biasanya melibatkan atraksi barongsai dan liong memang ditiadakan saat Imlek tahun ini.
Semestinya prosesi tersebut tahun ini menjadi prosesi yang dilaksanakan untuk ke-16 kali kalinya. ‘’Prosesi tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk menetralisir roh jahat dan menyambut tahun baru Imlek,’’ ujarnya, Minggu (6/2/2021).
Peniadaan ritual itu untuk mencegah keramaian di lapangan. Sebab prosesi tersebut bisanya cukup menyedot perhatian masyarakat dan wisatawan, sehingga dikhawatirkan mengundang kerumunan di masa pandemi Covid-19.
‘’Saya rasa peniadaan prosesi itu tahun ini tidak menjadi masalah, apalagi itu hanya kita lakukan penyesuaian saja. Sebab keadaan memang tidak memungkinkan itu dilakukan tahun ini, demi kebaikan bersama,’’ jelasnya. gay