Punya Empat Jenis Unggulan, Perairan NTB Surganya Lobster Indonesia

INILAH lobster yang dibudidayakan nelayan di perairan Selatan Lombok Timur. Foto: rul
INILAH lobster yang dibudidayakan nelayan di perairan Selatan Lombok Timur. Foto: rul

EMPAT dari tujuh jenis lobster unggulan di Indonesia dengan harga jual tinggi di pasar domestik maupun mancanegara saat ini, berada di wilayah perairan NTB. Jenisnya yakni lobster pasir (panulirus homarus), lobster mutiara (panulirus ornatus), lobster batu atau lobster karang (panulirus penicillatus) dan lobster bambu (panulirus versicolor). Karena itu pembudidayaan lobster sangat menjanjikan, apalagi sekali panen ratusan juta hingga Rp1 miliar bisa diraup para nelayan di wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.

KARENA itu, wajar perairan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa dengan luas wilayah 20.153,15 km persegi disebut sebagai surganya lobster. Salah satu kekayaan laut NTB adalah area terumbu karang yang sangat luas,dan merupakan habitat utama lobster. Lobster dianggap satu komoditas laut NTB yang berpera penting dari segi ekologi maupun ekonomi.

Bacaan Lainnya

Ketua Umum Asosiasi Nelayan Lobster Indonesia (ANLI), Rusdianto Samawa, mengatakan,  spesies lobster darikedua perairan itu adalah lobster mutiara, pasir,  karang, dan bambu. “Lobster karang, bambu, pasir dan mutiara bernilai tinggi dan berorientasi ekspor. Potensi ini tentu dapat diakses secara terbuka untuk mendatangkan keuntungan ekonomi,” katanya dalam siaran tertulis, Minggu (29/11/2020).

Zonasi lokasi spesifik untuk budidaya lobster di Pulau Sumbawa dan Lombok, jelasnya, terdapat di Teluk Jukung-Telong Elong, Teluk Ekas, Teluk, Labuhan Bontong, Labangka, Labuhan Pidang, Penobo, Sili, Maci, Mata dan Sape. Sesuai data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) NTB tahun 2013 dan 2014, potensi benih lobster di NTB mencapai 10 juta ekor induk. Untuk itu, Rusdianto minta Diskanlut NTB mulai melakukan intervensi paket kebijakan untuk memaksimalkan partisipasi masyarakat, melalui pemanfaatan, penangkap benih bening, dan pembudidayaan benih lobster.

Baca juga :  Selesaikan Sengketa, Tingkatkan Sinergitas Sesama Penyelenggara Pemilu

‘’Titik awalnya adalah pemantapan strategi dan kerjasama investasi lobster dan benih lobster. Masyarakat lebih memilih menangkap benih lobster untuk diekspor, karena dihargai tinggi dibandingkan untuk input budidaya,” sebutnya. 

Data Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu (BKIPM) dan Keamanan Hasil Perikanan Mataram, tercatat total nilai pengiriman lobster untuk ukuran konsumsi dari NTB ke daerah lain mencapai Rp7,4 miliar selama Januari-Juni 2019.

Pakar crustacea Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rianta Pratiwi,dalam keterangan resmi di laman LIPI mengatakan,  lobster tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Penyebaran itu hampir merata, karena lobster hidup di perairan dangkal hingga kedalaman 100-200 meter di bawah permukaan laut, dengan kisaran suhu 20-30 derajat celcius. “Mereka biasanya menyenangi daerah terumbu karang, bersembunyi di dalam lubang atau di balik batu-batu karang yang airnya dangkal di daerah tropis atau semitropis,” urainya.

Menurut Riana, saat ini Indonesia mempunyai tujuh jenis lobster. Yakni lobster pasir (panulirus homarus), lobster batik (panulirus longipes), lobster batu (panulirus penicillatus), lobster pakistan (panulirus polyphagus), lobster mutiara (panulirus ornatus), lobster bambu (panulirus versicolor) dan lobster batik (panulirus femoristriga). Lobster mutiara dan lobster pasir menjadi lobster paling potensial dikembangkan melalui sistem budidaya perikanan di Indonesia. “Meski memiliki morfologi sama, tapi habitatnya berbeda-beda bergantung jenisnya,” sambung Rianta.

Terkait potensi benih lobster alam di laut Indonesia, Rianta menyebut diperkirakan mencapai 20 miliar ekor per tahun. Namun, bukan berarti potensi ini akan aman di lautan, karena banyak hal yang sangat mungkin memengaruhi keberadaan dan ekosistem lobster alam. Faktor alam mencakup dinamika oseanografi dan klimatologi sangat memengaruhi keberadaan dan stok benih lobster di laut. Kualitas lingkungan perairan laut dan aktivitas penangkapan juga berpengaruh terhadap keberadaan stok benih lobster di alam.

Baca juga :  Lidartawan Jamin Seleksi Transparan, KPU Gianyar Sosialisasi Pembentukan Badan Adhoc Pemilu

Lobster atau yang lebih dikenal dengan ‘udang karang atau udang barong’ memiliki nilai ekonomi dan konsumsi yang tinggi sebab dagingnya yang gurih, halus, lezat dan kaya akan protein. Rianta menegaskan, lobster bukan hanya komersial di Indonesia namun juga hampir di seluruh dunia.  “Lobster merupakan jenis yang komersial di sepanjang pantai utara dan selatan Amerika, Afrika Mediteranean, India, Australia, Selandia Baru, dan perairan Indo-Pasifik, termasuk perairan Indonesia,” tandasnya. rul

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.