POSMERDEKA.COM, MATARAM – Paradigma pengawasan pemilu saat ini mulai bergeser. Pergeseran ditandai dari awalnya difokuskan pada penindakan pelanggaran, kini lebih menekankan pada upaya pencegahan.
Hal itu dikemukakan anggota Bawaslu Lombok Barat (Lobar), Samsul Hadi, saat menjadi narasumber dialog dan bedah buku karya Kordiv Pencegahan, Parmas, dan Humas Bawaslu RI, Lolly Suhenty, berjudul “Inovasi Pengawasan Pemilu 2024: Refleksi Kinerja Seorang Pengawas Pemilu” di Kota Mataram, Selasa (21/1/2025).
Menurut Samsul, masyarakat sering salah mengartikan tugas pengawas pemilu. Sebab, mereka hanya melihat dari sisi penindakan. Padahal pencegahan pelanggaran adalah kunci utama menjaga integritas pemilu. “Buku karya Lolly Suhenty ini menjadi momentum penting bagi generasi muda, terutama kader Korpri dan PMII, untuk kembali ke budaya intelektual,” terangnya.
Menurut Samsul, isi buku Lolly sangat relevan dengan kegiatan pengawasan sehari-hari yang melibatkan penyelenggara pemilu, seperti KPU, peserta pemilu, ASN, TNI, Polri, dan masyarakat umum.
Pengawasan pemilu harus mengedepankan partisipatif. Buku ini menguraikan bahwa komunitas seperti PMII dan organisasi lain, dapat dilibatkan sebagai pengawas pemilu sepanjang memiliki izin resmi.
Lebih jauh disampaikan, ada peningkatan jumlah lembaga pemantau pemilu sejak 2004 hingga 2024. Karena itu, peran pemuda dalam demokrasi melalui program unggulan Bawaslu seperti pendidikan pemilu partisipatif dan Sekolah Kader Pengawasan Partisipatif, menjadi sangat penting.
Pun ditandai juga meningkatnya perhatian Bawaslu terhadap hak-hak penyandang disabilitas. “Kami terus mendorong KPU menyediakan fasilitas yang memadai, salah satunya untuk penyandang disabilitas,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Samsul mengajak kader Korpri membudayakan menulis, mencontoh semangat Lolly yang tetap aktif menulis tentang pengalaman pengawasan meski di tengah kesibukan. Selain komisioner Bawaslu Lobar, turut hadir ratusan mahasiswa kader Korpri dan PMII ini. Turut menjadi narasumber adalah Athik Hidayatul Ummah selaku dosen UIN Mataram.
Athik Hidayatul Ummah menambahkan, buku tersebut mengangkat perjuangan perempuan pengawas pemilu dalam mewujudkan pemilu yang inklusif, ramah disabilitas, dan adil gender. Buku ini memberi panduan bagi semua kalangan untuk memahami pentingnya pengawasan pemilu. “Partisipasi masyarakat dalam pengawasan adalah kunci mencegah terjadinya pelanggaran,” ulasnya.
Athik sepakat pengawasan partisipatif menjadi sangat penting dalam pemilu. Karena itu, dia mengajak mahasiswa harus berperan aktif dalam memberi informasi awal, mencegah pelanggaran, memantau pelaksanaan pemilu, dan melaporkan pelanggaran.
“Masyarakat, salah satunya mahasiswa, juga bisa pengawas pemilu yang partisipatif dengan bertindak melaporkan jika ada politik uang, manipulasi data pemilih, dan kampanye hitam,” ajaknya. rul