Menegakkan Perintah Partai, Tegak Lurus…

Made Nariana. foto: dok

Oleh Made Nariana

BENAR, bahwa kader partai harus tunduk kepada pimpinan partai. Kalau seseorang menjadi kader partai, apa pun perintah atasan sepanjang dipandang demokratis, mesti dilaksanakan dengan baik. Kalau bisa baik, itu Namanya: “ Tegak Lurus”.

Bacaan Lainnya

PDI Perjuangan (PDIP-P) mengenal perintah dan prinsip “tegak lurus”. Artinya selalu taat dengan komando partai, bagaimana memenangkan perjuangan, khususnya dalam pilkada Pemilu (pemilihan Presiden, Bupati atau pemilihan Gubernur).

Tujuan partai politik memang memperjuangkan kekuasaan. Tidak ada yang lain. Sebab melalui kekuasaan mereka akan mengatur pemerintahan demi kesejahteraan rakyat. Kalau rakyat dapat dibuat makmur, aman, damai dan sejahtera, parpol itu akan mendapat kepercayaan rakyat guna berkuasa Kembali lima tahun berikutnya. Begitu seterusnya.

Jika parpol dengan wakil-wakilnya lupa rakyat setelah berkusa, niscaya mereka akan ditinggal di saat yang tepat juga. Inilah prinsip rakyat berdaulat, seperti salah satu tuntutan yang diperjuangkan kaum reformis ketika menjatuhkan Soeharto tahun 1998/1999. Soeharto saat itu dianggap pemimpin diktator!

Di parpol mana pun pasti ada prinsip tegak lurus. Hanya ada yang dikatakan, ada juga yang dilakukan dengan silent (diam-diam). Persoalannya, prinsip tegak lurus itu sering tidak seiring dengan kehendak dan aspirasi rakyat banyak. Apalagi yang mengatakan tegak lurus adalah wakilnya selalu diketahui mencla-mencle.

Baca juga :  MPLS SMP 2023, Kominfos Denpasar Bekali Siswa Kecakapan Digital

Tidak konsisten dengan janji-janji politik saat kampanye. Tidak hirau dengan rakyat yang memilih, setelah duduk menjadi pemimpin. Akhirnya terjadilah anomali politik. Sesuatu yang sudah biasa menjadi tidak biasa. Kalau benar semua kader dan konstituennya tegak lurus, tidak akan terjadi “musibah politik” yang menimpa capres saat pemilihan presiden tanggal 14 Februari 2024.

Banyak wakil rakyat atau calon wakil rakyat tidak menjalankan perintah partai. Tidak tegak lurus. Mereka memikirkan diri sendiri dengan segala cara (termasuk membeli suara), guna dapat meraih suara sebanyak-banyaknya. Tugas partai supaya memenangkan jagonya menjadi presiden tidak mendapat perhatian yang serius.

Syukur di TPS saya, apa yang diharapkan parpol yang menjadi simpati saya sukses tegak lurus. Namun ribuan di TPS lain, di mana di sana justru ada kader partai merasa hebat, kalah total. Hanya dia yang menang. Semangat tegak lurusnya tidak ditegakkan dengan benar.

Pertanyaannya, apakah kader itu yang tidak konsisten atau rakyat yang pintar? Entahlah. Tapi yang pasti terjadi kejutan tidak menyenangkan bagi satu pihak, dan kejutan yang menyenangkan juga di pihak lain. Mereka yang menang juga terkejut dengan pilihan rakyat, kok bisa menang……..?

Ada asumsi karena permainan uang, jual-beli suara, intimidasi, penggiringan, proses yang tidak benar, tidak ada etika, moral dan seterusnya. Ya… semuanya dapat terjadi!.

Kalau demikian halnya, maka prinsip tegak lurus hendaknya berlaku pada setiap tokoh/kader dengan semua pengikutnya. Jangan hanya pemimpin tegak lurus, tetapi pendukungnya tegak tapi di ujungnya bengkok. Jargonnya menjadi tegak lurus, bengkok-bengkok…..(*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.