Oleh Made Nariana
DALAM debat calon dan wakil bupati Badung selama masa kampanye pilkada 2024, tidak ada calon membicarakan rencana realisasi kota Mangupura, ibukota Kabupaten Badung. Semua asyik membicarakan Pendapatan Asli Daerah (PAD), soal pendidikan, kesehatan, bansos dan seterusnya. Soal ini memang penting. Tapi Hari Ulang Tahun ke-15 kota Mangupura, bulan November ini dirayakan sangat sederhana.
Saya 10 tahun lalu, sudah pernah menulis persoalan kota Mangupura. Suatu saat seorang sahabat dari Jawa ingin berkunjung ke kota Mangupura. Saya bingung mau diajak ke mana…, mau lihat mana? Ke pasar Beringkit, bukan. Mau ke Pusat Pemerintahan Badung di Sempidi, juga bukan. Mau ke daerah yang ramai di Kuta, juka bukan. Itu semuanya bukan kota Mangupura.
Pjs Bupati Badung Ketut Suiasa saat memperingati HUT ke-15 Kota Mangupura menyinggung, bahwa pemimpin ke depan hasil pilkada tahun 2024, hendaknya mulai menata kota Mangupura. Berdasarkan peraturan yang telah ada, wilayah Mangupura meliputi 9 desa dari Desa Desa Mengwi sampai Desa Sempidi di Pusat Pemerintahan Badung.
Lalu di mana pusat ekonominya? Di mana alun-alun seperti layaknya ibukota sebagai pusat tempat hiburan masyarakat? Hal inilah belum dapat dibayangkan. Persoalan tersebutlah perlu dikaji lebih dalam.
Kalau dilihat tataletak dan tipografi 9 desa yang dipakai wilayah ibukota Mangupra, nampaknya tidak ada lahan yang cukup buat memenuhi kategori sebuah ibukota. Layaknya ibukota sebuah kabupaten, mestinya ada alun-alun, ada pusat ekonomi termasuk mall di dalamnya, ada pusat kebudayaan termasuk kesenian dan juga ada gelanggang olahraga.
Kelihatan tanah atau lahan untuk itu ada di sebelah utara pusat pemerintahan (puspem) Badung sekarang. Dan itu pun tidak begitu luas. Juga ada lahan di sebelah Selatan Desa Penarungan Mengwi. Namun desa itu tidak termasuk wilayah Mangupura. Lagi pula lahan tersebut sawah sangat subur tiap tiga bulan menghasilkan padi karena air subak sangat stabil.
Lalu di mana pusat Mangupura yang memenuhi sebuah syarat sebagai ibukota? Banyak pihak yang saya tanyakan, tidak dapat memberikan jawaban pasti. Mereka juga bingung, termasuk para ahli dan pakar! Jadi, ibukota Badung – Mangupura masih membingungkan. Banyak uang ternyata tidak selalu dapat menyelesaikan persoalan….. Duh! (*)