Karangasem Minta FAO Akui Salak Sebagai Warisan Dunia

PEMKAB Karangasem saat welcome dinner (jamuan makan malam) untuk Tim Ahli Scientific Advisory Group (SAG) dari Globally Important Agriculture Heritage System (GIAHS) - Food and Agriculture Organization (FAO), Jumat (2/2/2024). foto: ist

POSMERDEKA.COM, KARANGASEM – Pemkab Karangasem menggelar welcome dinner (jamuan makan malam) untuk Tim Ahli Scientific Advisory Group (SAG) dari Globally Important Agriculture Heritage System (GIAHS) – Food and Agriculture Organization (FAO), Jumat (2/2/2024).

Jamuan ini menandai dimulainya verifikasi lapangan di lokasi usulan GIAHS Indonesia, “Salak Agroforestry System in Karangasem”, yang berlangsung dari 1 hingga 4 Februari di Desa Adat Sibetan, Kecamatan Bebandem.

Bacaan Lainnya

Wakil Bupati Karangasem, I Wayan Artha Dipa, menyampaikan selamat datang kepada Patricia Bustamante dan timnya. Dalam sambutannya, Artha Dipa menyoroti potensi pertanian tinggi di Karangasem, baik di lahan kering maupun sawah. Hanya, meski luas lahan pertanian besar, hasilnya belum optimal karena belum dioptimalkan.

Salak sebagai komoditas hortikultura unggulan di Provinsi Bali dan Kabupaten Karangasem, sambungnya, mendapat perhatian khusus. Luas tanaman salak mencapai 4.188 hektar dengan produksi 240.608 kuintal/tahun pada 2023. Kecamatan Bebandem, terutama Desa Adat Sibetan, menjadi pusat produksi utama.

Dia menekankan keunikan Desa Adat Sibetan dalam budidaya salak. Desa ini dikenal tidak hanya oleh masyarakat lokal, tetapi juga mancanegara. “Produk lokalnya seperti wine salak, keripik, pia, dan bumbu rujak mendapat sambutan positif di berbagai kios dan pasar modern di Bali,” jelasnya.

Baca juga :  Objek Wisata di Karangasem Mulai Bergeliat

Meski potensi pertanian besar, Artha Dipa mengakui Karangasem masih dihadapkan pada tantangan seperti alih fungsi lahan, krisis regenerasi petani muda, dan rantai pasok yang panjang. Stabilitas harga saat musim panen menjadi perhatian utama.

Dia mendaku Pemkab Karangasem berkomitmen mendukung upaya Kementerian Pertanian dalam mendorong sektor pertanian sebagai prioritas utama. Kegiatan GIAHS untuk tanaman salak dianggap sebagai langkah strategis dalam pelestarian budidaya salak dan warisan budaya lokal.

“Kami sangat mendukung yang dilakukan Kementerian Pertanian melalui Biro KLN, Ditjen PSP dan Ditjen Hortikultura. Apalagi mendorong apa yang menjadi visi-misi kami, menempatkan sektor pertanian menjadi prioritas utama untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani serta nelayan,” tegasnya.

Artha Dipa berharap agar salak yang menjadi ikon Kabupaten Karangasem, diakui FAO sebagai warisan dunia. Pengakuan itu dinilai dapat memberi dampak positif bagi sektor pertanian, terutama petani salak.

Dengan demikian, produksi salak yang selama ini dinikmati, bisa bertahan dan diwariskan kepada generasi muda untuk mampu memberi nilai tambah daya saing di pasaran. “Dengan begitu, pendapatan dan kesejahteraan petani salak bisa meningkat,” lugasnya menandaskan. nad

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.