POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Postur tubuhnya kecil, tapi dukungan konstituen besar. Kualitas anggota Komisi III DPRD Bali dari Fraksi PDIP, Kadek Setiawan, teruji kembali pada Pemilu 2024. Dengan perolehan 34.931 suara, dia mencatatkan diri sebagai caleg DPRD Bali Dapil Buleleng dengan perolehan suara tertinggi di dapil dan partainya. Pesaing terdekatnya adalah kolega sesama PDIP, Ketut Rochineng, dengan 31.922 suara.
“Maaf beribu maaf, saya tidak pernah beli suara per kepala. Menjalankan menyama braya masih disukai masyarakat. 34.931 suara itu diperoleh secara terhormat dan bermartabat, bukan membeli suara,” ucapnya dihubungi, Rabu (6/3/2024).
Disentil apakah saat Pileg 2024 di Buleleng terjadi praktik politik uang, sampai dia harus menekankan capaiannya tidak ada membeli suara, Setiawan tidak menjawab lugas. “Ya, saya tidak tahu apa ada yang jual-beli suara, tapi yang pasti saya tidak ada melakukan itu,” kelit politisi berlatar belakang keluarga ekonomi pas-pasan ini.
Berterima kasih kepada masyarakat Buleleng di sembilan kecamatan yang memilihnya, Setiawan mendaku suara terbanyak didapat dari keikhlasan dan ketulusan masyarakat dengan konsep 5K. Kata dia, K pertama adalah komunikasi sebagai pelayan rakyat mesti terus terjalin dengan rakyat. Selanjutnya, koordinasi dengan komunikasi yang ada, lanjut diisi keterbukaan dengan rakyat, dan menjaga kebersamaan dengan rakyat. Terakhir adalah komitmen sebagai wakil rakyat.
“Kita minta suara dari rakyat, setelah jadi harus turut senang dan susah bersama-sama dengan rakyat,” tuturnya.
“Resep mujarab” terpilih kembali, dia berujar dengan memberi tiga hak dasar dan satu hak tidak dasar kepada konstituennya. Hak dasar dimaksud adalah tegur-sapa kepada masyarakat, kemudian wajib datang ketika ada ala-ayu (susah-senang) atau rajin menyama-braya. Bila ada undangan, harus datang menghadiri.
“Ketiga, rakyat pasti susah kalau lagi sakit. Kalau ada yang sakit, telepon pasti diangkat, WA pasti dibalas, dan dampingi sampai masalahnya selesai,” ungkapnya dengan nada santai.
Hak tidak dasar, jelasnya, adalah bantuan hibah/bansos, atau program pemerintah yang difasilitasi sebagai anggota DPRD. Uang rakyat dikembalikan ke rakyat dalam bentuk fasilitator, dan ini program setahun sekali. Dalam politik, cetusnya, yang hebat adalah partai dan rakyat. Karena itu jangan melupakan rakyat. “Betul uang itu penting, tapi bukan segalanya. Terima kasih sebesar-besarnya karena sudah memilih saya jadi pelayan rakyat kembali,” sebutnya merendah.
Digoda namanya mulai didengung-dengungkan di media sosial sebagai salah satu kandidat untuk bursa Pilkada Buleleng dari internal PDIP, Setiawan terkesan menghindari topik ini. Semula dia beralasan masih fokus sebagai petugas partai di ranah legislatif. Pun mendaku ada survei elektabilitas di internal partai. Namun, ketika dikejar bahwa galibnya seorang kader masuk bursa Pilkada, salah satunya, dilihat perolehan suara di Pileg, dia mulai agak terbuka.
“Kalau nama disebut di media sosial, itu kan hak orang berpendapat. Matur suksma kalau kiprah saya sebagai pelayan rakyat di Buleleng kemudian dianggap layak memimpin daerah. Tapi Anda kan tahu kami itu sesuai instruksi partai, lihat juga survei. Tunggu saja perintah DPP, jangan berandai-andai dulu,” elaknya memungkasi. hen