BANGLI – Meningkatnya permintaan pasar berdampak terus menanjaknya harga jahe belakangan ini. Khusus jahe gajah, harganya bahkan bisa mencapai Rp28 ribu per kilo. Menggiurkannya harga jahe karena konsumen banyak mencari sejak pandemi Covid-19, setelah jahe disebut-sebut baik untuk melawan virus Corona tersebut. Sejumlah petani di Kecamatan Susut mulai berlomba-lomba mengembangkan tanaman jahe.
I Ketut Sukadia, petani di Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli, Selasa (8/9), berkata tertarik mengembangkan tanaman jahe sekitar tiga tahun lalu. Hanya, dia tidak menanam dalam skala besar. Umumnya dia menanam dengan sistem tumpangsari atau bersamaan dengan tanaman lain. ”Agar tanah tidak menganggur, di sela-sela tanaman jagung ditanami jahe,” jelasnya.
Meski awalnya iseng-iseng belaka, kata Sukadia, hasilnya secara ekonomi cukup menjanjikan pada saat pandemi saat ini. Harga jahe yang sempat jatuh, kini mulai mengalami peningkatan cukup signifikan. Jika sebelumnya hanya dihargai Rp15 ribu per kilo, sekarang naik tajam menjadi Rp23 ribu hingga Rp28 ribu per kilo di tingkat petani. Dia menduga banyak masyarakat memakai jahe untuk campuran minuman penghangat badan. “Sejak itu saya ketagihan menanam tanaman yang memiliki bau khas ini,” kisahnya.
Disinggung soal hasil panen, dia enggan enggan merinci. Dia hanya menyebut bila menanam sekitar 200 kilo bibit, hasilnya bisa mencapai 900 kilo hingga 1 ton jahe. Bibit jahe lebih banyak diusahakan petani dengan cara menyimpan hasil panen sebelumnya. “Saat ini tanaman jahe kami baru tumbuh. Sekitar tiga bulan lagi baru bisa panen,” imbuh Astawa, petani lainnya, yang turut diwawancarai. 028