POSMERDEKA.COM, BANGLI – Menyikapi berbagai pelanggaran dan tingkah wisatawan asing di Bali belakangan ini, para pelaku pariwisata seperti dilematis. Alasannya, pariwisata Bali baru mulai bangkit setelah pandemi Covid-19.
“Kami dilema menyikapinya, karena setelah Covid melanda selama dua tahun, tentu kami butuh tamu,” tutur Pengelola Desa Wisata Undisan, Tembuku, Bangli, Kadek Darmayasa Karang, Selasa (4/4/2023).
Bahwa ada pelanggaran dilakukan wisatawan Rusia atau Ukraina, dia menilai itu hanya oknum. Karena terlalu bebasnya mereka hidup di Bali, mereka merasa sangat gampang hidup di Bali.
Menyikapi ini, dia menyebut butuh kerjasama dengan berbagai pihak terkait. “Atau pemerintah pusat dan daerah bekerja sama dengan stakeholder pariwisata agar ini tidak terjadi kembali,” pesannya.
Penegakan hukum, urainya, juga harus jelas agar tamu di Bali tidak merasa bisa sebebas bebasnya sampai kebablasan. Dia pun berharap tamu yang datang ke Bali adalah yang berkualitas. Meski memang mengejar jumlah atau kuantitas, tapi tidak berarti Bali dijual murah.
Karang sependapat dengan pernyataan bule asal Italia yang viral di media sosial, yang menilai Bali sangat murah dan dijual murahan. “Supaya Bali itu tidak terkesan murahan lagi, bagaimana kita bersama-sama membenahi tatanan pariwisata di Indonesia,” paparnya.
Organisasi pariwisata seperti HPI, Asita, PHRI dan lain sebagainya diharap bekerja secara profesional sesuai aturan dan kewenangannya. Di sisi lain, dia juga berharap para tamu agar bisa mematuhi aturan yang ada di Bali. gia