POSMERDEKA.COM, GIANYAR – Adanya warga sakit di wilayah Gianyar yang diduga sakit meningitis, membuat Pemkab Gianyar mengambil langkah cepat dengan pertemuan melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian serta para peternak yang terkena imbas suspek meningitis.
Sekda Gianyar, Dewa Gede Alit Mudiarta, Minggu (23/4/2023) mengatakan, beberapa masyarakat Gianyar yang diberitakan terjangkit meningitis karena makan lawar plek babi, belum bisa dipastikan disebabkan babi. Dia menyebut dugaan itu masih perlu diteliti lebih lanjut. “Banyak hal penyebab meningitis, belum tentu hanya disebabkan babi, ada faktor-faktor lain juga,” katanya.
Dia memaparkan, Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian Gianyar terus-menerus mengingatkan terkait PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dalam mengolah makanan. “Bukan masalah babinya atau bahan bakunya, tapi bagaimana pengolahannya,” urainya.
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Gianyar, Ni Nyoman Ariyuni, menjelaskan, selama bulan Januari hingga tanggal 21 April 2023, setidaknya ada 30 kasus suspek meningitis. 80 persen dinyatakan sembuh dan dua orang masih dalam perawatan. Terkait dua orang yang meninggal kemarin, dinyatakan suspek meningitis dengan penyakit penyerta/komorbid. “Salah satu hasil kultur darahnya negatif,” ucapnya tanpa merinci lebih jauh.
Untuk menyikapi, dia bertutur berbagai langkah sudah dilakukan, baik dari Dinas Kesehatan maupun Dinas Pertanian, yang sudah terintegrasi. Mulai dari PHBS dengan pengolahan makanan hingga pengawasan ternak oleh Dinas Pertanian. Dia juga mengimbau masyarakat bila mengolah makanan agar dimasak dengan higienis dan matang.
Harapan itu disambut positif Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali, I Ketut Hari Suyasa. Menurut Suyasa, sejak merebaknya berita meningitis, masyarakat mengeklaim daging babi penyebabnya. Di sisi lain, meningitis dapat disebabkan banyak faktor, bukan dari babi saja.
Karena itu dia berharap pihak berwenang agar ketika ditemukan meningitis, tidak serta merta mengaitkannya dengan konsumsi babi sampai memang betul terbukti disebabkan oleh babi. “Karena hal tersebut mengganggu perputaran ekonomi peternakan yang ada di Bali,” pintanya. adi