DENPASAR – Popularitas mantan Ketua KPU Bali, Ketut Sukawati Lanang Perbawa, cukup tinggi dalam poling calon Bupati Buleleng periode 2024-2029. Meski tidak menjadi anggota partai politik, Dekan Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar itu membayang-bayangi nama dr. I Nyoman Sutjidra yang juga Wakil Bupati petahana di posisi tiga besar.
Dua nama sosok perempuan ikut masuk dalam poling, yakni Luh Gede Herriyani dan I Gusti Ayu Aries Sujati yang adalah istri Bupati Putu Agus Suradnyana (PAS).
Dari data poling yang digarap polingkita.com, pemungutan suara dijalankan sejak 29 Maret lalu. Sampai dengan Jumat (22/4/2022), data poling menunjukkan angka 34.932 suara dengan nama figur yang “diadu” akseptabilitasnya sebanyak 19 orang dan satu opsi ditulis “lainnya”.
Dari suara yang masuk secara daring, Sutjidra mendapat 8.787 suara atau setara 25,2 persen. Nama Lanang Perbawa hadir di posisi kedua dengan 7.417 suara atau setara 21,2 persen. Sementara di posisi ketiga dihuni dengan 5.916 suara (16,9 persen).
Anggota Komisi I DPRD Bali, Ketut Rochineng, mendapat 2.552 suara dan menempati posisi keenam. Ketua Fraksi PDIP DPRD Bali, Dewa Made Mahayadnya, mendulang 94 di posisi 18; Ketua DPD Partai Golkar Buleleng, IGK Kresna Budi, mendapat 304 suara di posisi 12; dan anggota Fraksi PDIP DPR RI, Kariasa Adnyana mendapat 73 suara dan menempati posisi juru kunci.
Yang menarik, terselip satu sosok non-Hindu yakni Haji Mulyadi Putra yang memperoleh 180 suara di peringkat 16, satu strip di atas posisi Aries Sujati yang meraup hanya 159 suara.
Lanang Perbawa yang dimintai komentar atas masuknya nama dia dalam poling, semula hanya tertawa. Sebagai mantan penyelenggara pemilu dan peneliti politik, dia sepertinya sadar poling semacam itu terlalu kepagian untuk ditanggapi secara serius. “Itu siapa sih yang bikin? Nggakjelas juga kan? Kalau tidak jelas, ya tidak usah disikapi serius-serius amat,” kelakarnya.
Bahwa masuknya nama dia dan mendapat banyak dukungan merupakan tanda bahwa dia cukup popular, Lanang tidak membantah. Hanya, dia berujar perhelatan Pilkada 2024 masih terlalu jauh jika dibahas pada hari ini. Singkat kata, belum saatnya membahas Pilkada Buleleng mendatang dengan melihat situasi pada saat ini.
“Terlalu dini bahas itu, karena sebelum Pilkada kan ada Pileg dan Pilpres. Apa hasil Pileg dan Pilpres akan mewarnai kontestasi Pilkada nanti. Masih terlalu banyak kemungkinan yang bisa terjadi,” kelit akademisi dengan rambut putih tersebut.
Yang jelas, lugasnya, sejauh ini Lanang mendaku fokus menjalankan tugas dan peran sebagai pengajar di kampus. Selain itu, dengan bekal pragina (kemampuan kesenian) sebagai penari topeng wali, dia membaktikan diri ke masyarakat dengan ngayah (pentas tanpa dibayar) jika ada undangan di Buleleng.
Tidak hanya upacara di pura besar, di lingkup merajan keluarga pun dia datangi jika memang waktunya tidak berhimpitan dengan agenda lainnya. Justru dengan ngayahmenari topeng dan berbaur dengan masyarakat dari segala lapisan itu, Lanang mengaku mendapat kebahagiaan luar biasa.
“Kebetulan saya bisa menari topeng, itu saya pakai ngayah ke masyarakat. Tapi ini tidak ada hubungan dengan politik ya, ini soal bagaimana kita bisa mengembalikan rezeki dan kebaikan yang kita terima selama ini untuk masyarakat,” pungkasnya. hen