Intensifkan Gerakan Pasar Murah Atasi Lonjakan Harga Beras

PARA pedagang beras di Pasar Kebon Roek, Kecamatan Ampenan Kota Mataram mendaku bahwa kenaikan harga beras terus terjadi hingga kini. Kenaikan harga dimulai sejak awal tahun 2024. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, MATARAM – Harga beras di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami lonjakan yang signifikan. Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram, Rabu (21/2/2024), harga beras medium antara Rp14.000 sampai Rp16.333 per kilogram. Sementara harga beras premium antara Rp15.000 sampai Rp17.167 per kilogram.

Kenaikan ini jauh melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp10.900 per kilogram untuk beras medium dan Rp13.900 per kilogram untuk beras premium di wilayah Bali dan NTB.

Bacaan Lainnya

Penjabat (Pj) Gubernur NTB, HL. Gita Ariadi, mengatakan, akan mengintensifkan gerakan pasar murah dalam rangka mencegah meroketnya harga beras. Ia tidak menghendaki OPD lingkup Pemprov hanya melaporkan ketersediaan bahan pokok, khususnya beras dikatakan ketersediannya masih mencukupi.

‘’Melihat harga beras yang meroket, perlu ada solusi yang diambil. Salah satunya mengintensifkan gerakan pasar murah atau operasi pasar murah di pasar-pasar tradisional,’’ lugas Gita, Rabu (21/2/2024).

Ia mengungkapkan, bahwa semua sudah memaklumi bahwa El Nino berdampak terhadap produksi padi yang mengarah pada ketersediaan pangan. Di mana, delay El Nino berdampak pada produksi padi. Hal ini menyebabkan panen raya menjadi mundur dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan begitu berdampak pada ketersediaan pangan di NTB.

Baca juga :  Bacaleg Curi Start Kampanye, Bawaslu Terkunci Regulasi

‘’Kita harus mencari solusi sesegera mungkin untuk menurunkan harga beras. Ini yang selalu ditekankan oleh Irjen Kemendagri. Dan kita harus berkomitmen untuk memperbanyak gerakan pasar murah, sehingga masyarakat tidak panic buying,’’ tega Gita menjelaskan.

Lebih lanjut dikatakannya, Pemprov telah mulai melakukan pembatasan pembelian beras di ritel modern. Hanya saja, hal ini perlu dijelaskan ke masyarakat supaya tidak salah persepsi dan menganggap ketersediaan beras bermasalah. Padahal, dalam rakor pengendalian inflasi dengan pemerintah pusat, justru ketersediaan beras dilaporkan tetap ada.

Karena itu, penetrasi pasar harus cepat dilakukan. ‘’Tugas kita adalah, bagaimana dieksekusi dan sesegera mungkin dilakukan supaya ada tren penurunan harga beras,’’ tandas Gita Ariadi. rul

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.