Oleh Ni Kadek Sinarwati
(Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha)
KI Hajar Dewantara, merupakan bapak Pendidikan Indonesia, beliau lahir di Jogjakarta pada tanggal 2 Mei 1989 dari pasangan Kanjeng Pangeran Haryo Soeryaningrat dengan Raden Ajeng Sandiah. Bangsawan keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono I ini memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat.
Perubahan nama menjadi Ki Hajar Dewantara dilakukan ketika beliau berusia 39 tahun dengan pertimbangan agar lebih dekat dengan rakyat/merakyat (Kompas.com). Beliau berkiprah sebagai jurnalis pada beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaum Moedan Tjahaja Timoer dan Poesara.
Keberanian beliau menuangkan pemikiran kritis untuk mengkritisi pemerintahan Hindia Belanda saat itu membuat beliau menanggung risiko dibuang dan diasingkan, namun demikian keberanian beliau mencurahkan gagasannya untuk membela tanah air pada sebuah tulisan tidak pernah surut.
Cita-cita besar Ki Hajar Dewantara adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang cerdas dan bebas dari penjajahan, perjuangan inilah yang menjadikan Ki Hajar Dewantara menjadi pahlawan dan Bapak Pendidikan dan tanggal 2 Mei hari lahir beliau ditetapkan sebagai Hari Pendidikan.
Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan bertujuan mencapai kehidupan manusia yang sempurna, sehingga mampu memenuhi keperluan lahir dan bathin yang diperoleh dari kodrat alam (Sultengraya.com). Pendidikan yang diperjuangkan oleh Ki Hajar Dewantara untuk membebaskan Bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan dan mencerdaskan kehidupan bangsa tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Salah satu pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah Trilogi Pendidikan yang terdiri dari Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.
Apa dan bagaimana mengimplementasikan Trilogi Pendidikan pada perkuliahan online di era ini? Ing Ngarso Sung Tuludo artinya di depan memberi teladan, Ing Madya Mangun Karsa artinya di tengah-tengah membangun semangat dan Tut Wuri Handayani artinya di belakang memberikan dorongan/semangat.
Bagaimana impementasi Trilogi Pendidikan dalam pembelajaran online saat ini?. Menurut pemikiran penulis perkuliahan online sebagai dampak dari pandemic Covid-19 tidak menjadi penghalang untuk mengimplementasikan Trilogi Pendidikan.
Implementasi Trilogi Pendidikan masih sangat relevan dilaksanakan meskipun perkuliahan dilakukan secara daring/dalam jaringan/online karena yang diimplementasikan adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Trilogi Pendidikan yang tidak akan pernah pudar sepanjang jaman.
Implementasi Trilogi Pendidikan pada perkuliahan melalui media Google meet misalnya, penulis mengimplementasikan Ing Ngarso Sung Tuludo yakni memberikan teladan ke mahasiswa. Nilai-nilai yang penulis tularkan untuk diteladani adalah kedisiplinan, keberanian beragumentasi, berani berbeda pendapat dan sopan santun.
Dosen hendaknya disiplin memulai perkuliahan tepat waktu, mengapresiasi keragaman pendapat dan selalu sopan misalnya ketika dosen berhalangan mendampingi perkuliahan dosen juga menyampaikan Nunas Ampura (memohon maaf) dan menyampaikan matur suksma (terimakasih) misalnya di akhir perkuliahan ketika sudah mengakhiri perkuliahan.
Ucapan terimakasih karena mahasiswa sudah mengikuti perkuliahan dengan baik, permohonan maaf ketika ada tutur kata dosen yang kurang berkenan akan menjadi contoh perilaku sopan.
Ing Madyo Mangun Karso dalam perkuliahan online penulis lakukan dengan menjalin kedekatan emosi dengan mahasiswa/wi. Dalam beberapa pertemuan jelang akhir kuliah sambil melakukan absensi penulis mendengarkan keluh kesah mahasiswa/wi atau kadang menyalurkan hobi menyanyi mahasiswa/wi, dengan cara ini tercipta rasa nyaman sehingga motivasi dosen ke mahasiswa/wi untuk semangat belajar, selalu disiplin lebih diresapi dan dijalankan.
Implementasi Tut Wuri Handayani penulis lakukan dalam perkuliahan dengan memberikan kontrak kuliah, rencana pembelajaran semester (RPS), rancangan tugas mahasiswa (RTM) di awal perkuliahan, mahasiswa/i dibebaskan mengakses materi dari berbagai sumber sesuai RPS kemudian mendiskusikan materi di kelas, saat ini dosen hanya sebagai mediator dan motivator.
Demikian Implementasi Trilogi Pendidikan pemikiran Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, Ki Hajar Dewantara, semoga mampu mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa. (*)