PEMERINTAH Pusat memberikan penghargaan kepada Bali dalam menangani Covid-19 (wabah Corona) yang melanda dunia. Baik Presiden Jokowi, Menko Maritim Luhut Binsar Penjahitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani – semuanya memuji Bali – dianggap berhasil menekan Covid-19. Sejumlah kalangan luar negeri, juga heran…., Bali dianggap kebal dalam menghadapi wabah ini.
Wabah memang belum berakhir. Gubernur Bali Wayan Koster mengharapkan akhir Mei Corona sudah berkurang, kalau tidak dapat tuntas sama sekali. Walikota Denpasar Rai Mantra baru san menerapkan PKM (pembatatasan orang pergi ke Denpasar). Semua pintu masuk Denpasar dicegat, pemakai jalan diperiksa. Mereka yang tidak ada keperluan penting ke Denpasar diharapkan jangan dulu menuju Denpasar. Pintu masuk Bali baik lewat Udara, Laut dan Darat juga diperketat.
Di balik penataan Bali itu, tiba-tiba Menteri Perhubungan Budi Karya melonggarkan jalur penerbangan. Bahkan juga jalur laut dan darat. Usaha itu boleh beroperasi lagi setelah tutup selama ini. Hal tersebut menyebabkan Bali kelabakan mengantisipasi, sebab Bali sebagai daerah terbuka (tujuan wisatawan internasional) – sekaligus bagian dari NKRI – harus manut dengan regulasi tersebut. Kelihatan Bandara Ngurah Rai mulai ramai kedatangan orang luar….
Sebagai daerah tujuan wisata, Bali memerlukan kunjungan dan kedatangan tamu. Di balik itu dalam menanggulangi wabah Covid-19 Bali harus menyeleksi kedatangan tamu atau orang luar yang mau bekerja dan mencari pekerjaan di Bali.
Problem ini tidak gampang. Salah satunya ASDP Gilimanuk Windra S mengatakan, kewalahan menangani manusia keluar masuk di pelabuhan utama darat tersebut. Apalagi dikaitkan dengan protokol kesehatan dalam menanggulangi wabah Corona belakangan ini.
Banyak arus manusia tanpa identitas dan surat keterangan (suket) dengan sepeda motor dan mobil ingin keluar dan masuk Gilimanuk. Ibaratnya Gilimanuk menjadi limpahan terakhir yang sulit dihindarkan di balik keterbatasan SDM yang harus menangani. Belum lagi peralatan kesehatan yang terbatas.
Lalu apa solusi sehingga Bali tetap terkendali dalam mengatasi Corona? Apa yang harus dilakukan sehingga target Gubernur Bali Wayan Koster termasuk target Jokowi supaya Bali menjadi daerah yang pertama bebas Corona di Indonesia?
Menurut saya, tidak ada jalan lain ‘mengunci’ semua pintu masuk baik di Bandara Ngurah Rai, Benoa, Gilimanuk dan Padangbai dengan “kunci” yang lebih kokoh. Artinya pemeriksaan orang masuk harus tegas, tanpa kompromi. Jangan ada patgulipat, pelicin, suket palsu dan petugas yang kurang disiplin.
Ketua Harian Satgas Penanggulangan Covid-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan, satgasnya akan langsung melakukan pemeriksaan tingkat Swab kepada para pendatang yang masuk Bali. Hasilnya; mereka yang kena virus Corona harus langsung masuk karantina atau Rumah Sakit.
Cara ini harus segera diberitahu dan diinformasikan ke pada masyarakat luas dan masyarakat luar Bali, sehingga mereka menyadari masuk Bali tidak boleh membawa penyakit Corona. Pelonggaran jangan dianggap bebas seperti sebelumnya.
Ekonomi Bali memang harus segera bergerak. Di sisi lain pandemi Corona harus segera tuntas. Memang terjadi dilema yang begitu kontras.
Nah, di sinilah diperlukan seni mengaturnya. Sekaligus ketegasan yang terukur dari aparat-aparat pelaksana di bawah. Di satu sisi pelonggaran arus orang tetap berjalan, di balik itu program menghentikan wabah Corona juga tetap terlaksana. Sekaligus rakyat yang kelaparan akibat di PHK juga terus mendapat pasokan sembako.
Berat memang! Tetapi itulah tugas kita bersama!
(Made Nariana/POSBALI)