KLUNGKUNG – Ketika produksi garam beryodium “Uyah Kusamba” sudah masuk ke pasar dengan SNI dan izin edar, ternyata produksi garam Kusamba itu mengalami kekurangan bahan baku. Menindaklanjuti masalah ini, para petani garam Kusamba akan diajak duduk bersama oleh Pemkab Klungkung agar produksi garam bisa berjalan maksimal.
Informasi itu disampaikan Bupati Klungkung, Nyoman Suwirta, didampingi Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Klungkung, I Wayan Ardiasa, saat kunjungan ke Koperasi Leep Mina Segara Dana, Jalan Pura Segara, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Selasa (18/8/2020).
Dalam kunjungannya, Bupati menyebut produksi garam yang dikordinir Holding Gema Santi sekarang sudah menyentuh empat ton per bulan. Tentu dari hasil produksi tersebut, kata dia, ke depan akan terus berkembang.
Sebab, semua toko modern dan swalayan diwajibkan menjual produk lokal, sedangkan bahan bakunya itu hanya maksimal bisa memproduksi tiga ton per bulan. Petani garam di Kusamba sebanyak 16 orang dengan jumlah sertifikat yang dikeluarkan BPN sebanyak 49, jadi masih ada 33 orang memiliki tanah di pinggir pantai tapi belum dimanfaatkan dengan baik.
“Kalau itu bisa digunakan dengan baik, maka keseimbangan dari hulu hingga hilir ini akan terjadi. Dari hasil ini kita masih kekurangan bahan baku, oleh sebab itu saya akan terus berupaya dan akan mengumpulkan para petani untuk membahas langkah terbaik agar produksi garam bisa berjalan maksimal,” tegasnya.
Suwirta juga minta Koperasi Leep Mina Segara Dana bisa tetap waspada terhadap produk oplosan dari luar. Dia tidak ingin ada produk oplosan masuk ke koperasi, yang tentu dapat menurunkan kualitas “Uyah Kusamba”.
Saat ini “Uyah Kusamba” Gema Santi dijual dengan harga Rp5.000 setiap 250 gram. Untuk bahan baku , koperasi membeli per kilo garam hasil produksi petani Kusamba dengan harga Rp10.000. Untuk produksi garam beryodium, koperasi dalam sebulan dapat menghasilkan 14 ton garam atau 12.000 bungkus dalam kemasan berukuran 250 gram. 022