Oleh :Made Nariana
KUNJUNGAN kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Bali selama dua hari penuh (Kamis dan Jumat) lalu seperti dapat memberikan semangat kepada rakyat Bali, dalam suasana pandemi Covid-19 ini.
Jokowi bersama sejumlah Menteri Kabinet, Panglima TNI dan Kapolri melakukan sejumlah kegiatan begitu padat, khususnya di Kota Denpasar dan kawasan Badung. Dua daerah kabupaten/kota ini, merupakan pusat ekonomi masyarakat Bali, khususnya di sektor pariwisata.
Selain mengecek sejumlah persiapan menjelang pertemuan pemimpin dunia G-20 pada 2022 di Nusa Dua, Jokowi juga menyaksikan peluncuran Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali yang dilaksanakan Bappenas bersama Pemprov Bali. Selain itu mengecek langsung kawasan mangrove di seputar Benoa, dan Nusa Dua sebagai bukti Bali dan Indonesia membangun kawasan hijau dalam menyikapi pemanasan global.
Sejumlah kegiatan lain dilakukan Jokowi selama di Bali, seperti pengarahan kepada pimpinan Polri di Nusa Dua sampai olahraga main bulutangkis dengan pemain-pemain dunia.
Saya melihat, sejumlah kegiatan tersebut memiliki makna yang sangat dalam, sebagai bukti Bali sudah layak dikunjungi turis dalam negeri dan luar negeri. Nusa Dua dan Pesanggaran sebagai sentral aktivitas Presiden bersama rombongan selama di Bali, tentu memiliki dampak luas bagi Badung dan Denpasar. Berbagai media cetak, elektronik dan media sosial antusias menyebar-luaskan sekaligus mem-viralkan “blusukan” Jokowi di kawasan elit itu. Kondisi tersebut bahkan memiliki kesan seolah-olah seperti tidak ada Covid-19 melanda daerah kita.
Memang di Bali secara umum, sudah sangat kecil wabah tersebut, tetapi dalam suatu kesempatan Jokowi tetap memperingatkan masyarakat supaya tetap waspada dengan varian baru yang kini melanda dunia di Eropa.
Seperti yang diungkapkan Gubernur Bali, Wayan Koster, Bali merasa bahagia dikunjungi Jokowi. Saya kira hal yang sama juga dirasakan sejumlah kepala daerah kabupaten/kota seperti Bupati Badung, Giri Prasta; dan Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara.
Perhatian pemerintah pusat terhadap Bali dengan bukti Presiden Jokowi dan sejumlah Menteri Kabinet berada di daerah ini bersama Panglina TNI dan Kapolri serta pejabat penting lain – membantah “nyinyiran” sejumlah masyarakat di lapangan dan media sosial. Dengan adanya kebijakan dimana diberlakukan pembatasan kegiatan berulang kali terkait dengan wabah Covid-19 – ada yang memiliki kesan bahwa Bali sengaja ingin “disingkirkan” pelan-pelan. Apalagi pemerintah memiliki program membangun “10 Bali Baru” di daerah lain.
Saya termasuk yang tidak percaya dengan pendapat dan kesan tersebut. Justru pemerintah ingin mengamankan Bali khususnya, dan Indonesia pada umumnya sebagai objek wisata dunia yang menarik.
Jika kondisi langsung dilonggarkan tanpa kebijakan “buka-tutup”, dikhawatirkan wabah Covid kembali melanda masyarakat. Kalau itu terjadi, otomatis nama Bali dan Indonesia akan hancur kembali di mata dunia. Akhirnya turis pasti malas pergi ke Bali.
Masyarakat harus memahami kondisi tersebut. Apalagi pemerintah tidak mungkin melakukan lockdown, kecuali pembatasan-pembatasan, sehingga sektor ekonomi dan kesehatan berjalan seimbang.
Selama ini bukti telah mencatat, setiap ada kerumuman yang berlebihan, wabah covid kembali kambuh. Harapan bersama, tentu mulai tahun 2022, Bali kembali pulih dan ekonomi masyarakat bangkit.
Penghargaan dunia terhadap kerja Jokowi menangani Covid-19 sebagai bukti bahwa kebijakan yang diambil sudah benar.
Hanya orang sekelas Rocky Gerung, Fadli Zon, Rizal Ramli dan gengnya yang selalu tidak mengakui–sebaik apa pun pekerjaan Presiden Jokowi bersama Kabinet, Gubernur, Bupati dan Wali Kota di Indonesia. (*)