Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber, Teba Modern Wajib Ada di Sekolah

MURID SDN 2 Penatih membuang sampah organik di teba modern sebagai bagian dari solusi mendukung optimalisasi pengelolaan sampah berbasis sumber. Foto: tra
MURID SDN 2 Penatih membuang sampah organik di teba modern sebagai bagian dari solusi mendukung optimalisasi pengelolaan sampah berbasis sumber. Foto: tra

POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar, Anak Agung Gede Wiratama, meminta sekolah berkomitmen memperkuat pengelolaan sampah berbasis sumber (PSBS) dengan mengoptimalkan fungsi teba modern. ‘’Kami minta sampah organik itu harus selesai di sekolah masing-masing, tidak dibawa keluar,’’ kata Kadisdikpora Kota Denpasar, Anak Agung Gede Wiratama, usai rapat rutin MKKS SMP Kota Denpasar, Selasa (12/8/2025).

Agung Wiratama, menegaskan, agar semua sampah organik dari kegiatan persekolahan diolah di teba modern. Sementara sampah anorganik, seperti plastik, kertas, dan logam harus dipilih untuk kemudian didaur ulang melalui pemulung, pengepul, atau pembeli barang bekas.

Bacaan Lainnya

‘’Sebelumnya sudah kita ketatkan penggunaan plastik sekali pakai di lingkungan satuan pendidikan. Para murid, guru, dan pegawai kini sudah terbiasa membawa botol minum isi ulang (tumbler). Kini, kita gencarkan lagi pembuatan teba modern sebagai bagian dari solusi mendukung optimalisasi penanganan sampah berbasis sumber,’’ kata Agung Wiratama.

Ia mengapresiasi sekolah yang sudah memiliki teba modern. Keberadaan teba modern itu benar-benar dimanfaatkan dan difungsikan dengan baik sebagai tempat pembuangan sampah organik untuk dapat diolah menjadi pupuk kompos.

Agung Wiratama juga mengapresiasi sekolah yang sudah melarang kantin di sekolah menggunakan styrofoam atau plastik untuk membungkus makanan. Termasuk meniadakan penggunaan plastik sekali pakai dalam berbagai kegiatan.

Apresiasi juga disampaikan pada sekolah yang mewajibkan murid membawa wadah makanan beserta kelengkapan makan seperti sendok, garpu, dan gelas sendiri dari rumah, jika ingin membeli makanan di kantin. ‘’Itu sangat bagus sekali. Apalagi pihak sekolah juga menyediakan air, jadi yang mau minum bisa ambil langsung dengan tumbler yang sudah dibawa dari rumah. Itu sangat luar biasa,” ujarnya.

Agung Wiratama juga mengingatkan agar sekolah mengedepankan pendidikan pengelolaan sampah sebagai pendidikan tambahan. Sekolah itu sudah seperti rumah kedua bagi para murid, lebih dari 7 jam per hari dihabiskan di sekolah, selain menjadi tempat sosialisasi pengelolaan sampah sejak dini yang tepat, bisa juga menjadi tempat praktik pengelolaan yang baik selain di rumah.

Karena, sebagai generasi penerus bangsa, pelajar di sekolah harus dibiasakan hidup ramah lingkungan tanpa plastik sekali pakai. ‘’Tidak hanya dibiasakan, tapi harus diberi pengetahuan tentang bahaya plastik yang merusak alam dan mengotori bumi,’’ pungkasnya. tra

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses