MENGHADAPI wabah Covid-19 alias Corona belakangan ini, kita sebaiknya jangan saling menyalahkan. Tidak ada jalan lain, kecuali kompak bersatu menghadapi ganasnya Corona, yang tidak kenal jabatan itu.
Corona dapat menyerang pejabat, rakyat biasa, orang kaya orang miskin atau siapa saja, jika mereka terlena tidak mau menuruti protokol dalam menanggulangi penyakit itu.
Pastinya, setiap pribadi harus tunduk dengan aturan sesuai dengan yang disarankan pemerintah. Pendek kata, setiap individu harus disiplin. Bersih dan cuci tangan setiap saat. Jaga jarak dengan pihak lain, pakai masker, isolasi diri jika terkena penyakit, tinggal di rumah, kerja di rumah dan bersembahyang dari rumah.
Memang sangat berat. Tapi itulah beberapa cara memutus wabah Corona. Di mana ada kedisplinan di sana wabah lebih cepat berhenti. Beberapa negara sudah membuktikan hal itu.
Bagaimana kita di Bali atau Indonesia? Saya mengamati, masyarakat kurang disiplin. Pemerintah sudah memberikan rujukan, tetapi masyarakat banyak yang acuh. Problemnya, memang jamak. Salah satunya adalah kesenjangan ekonomi.
Bagi rakyat kelas bawah, memang sulit diminta tinggal di rumah. Bagi pengusaha yang selama ini sukses, juga sulit diminta berhenti bekerja. Malahan mereka langsung menjerit karena kena dampak dari Corona tersebut. Bagi kaum nyinyir, juga sulit diminta berhenti mencari kelemahan pihak yang memiliki otoritas mengatur masyarakat. Apalagi disertai dengan rasa iri, dengki, kebencian dan ketidaksenangan dengan pihak lain. Mereka kelas ini menggunakan kesempatan itu untuk mengumpat dan mencaci maki, sehingga apa pun dilakukan pemerintah seperti tidak pernah benar.
Jangan lupa banyak pihak juga mencari panggung di balik penderitaan rakyat.
Kalau saya ikuti sejumlah pesan (termasuk ocehan) di media sosial, memang kadangkala membuat hati gregetan. Pihak yang sudah merasa kerja keras, pasti marahlah. Justru, mereka yang kerja keras, banyak berbuat – banyak juga ada kekurangannya. Mereka yang tidak punya kekurangan, pasti mereka yang tidak berbuat tetapi hanya bisa ngomong dan men-share ke media sosial apa pun yang ada di benaknya.
Mau mengkritik, memberi sanjungan, menjebol, nyinyir, membenci, mengolok-olok, — semua mereka dapat lakukan. Modalnya hanya sebuah gawai.
Apalagi mereka yang stres, di mana pekerjaannya hilang, usahanya mecet, penghasilan berkurang, anak-anaknya kurang makan, selama ini sudah berlawanan dalam pikiran. Pasti sudah mereka banyak protes. Padahal Corona ini merupakan wabah dunia, yang tidak pernah diharapkan oleh negara mana pun.
Dampak sosial-ekonomi bagi masyarakat, justru akan lebih sulit daripada hanya menyetop penularan wabah ini. Tetapi itulah yang harus dihadapi bersama-sama dengan gotong royong tanpa melihat asal usul politik, agama, ras, keyakinan atau status sosial-ekonomi.
Semua pihak apakah ia pemerintah, eksekutif, legislatif, yudikatif, pengusaha, militer, polisi, petani, nelayan, buruh, pecalang, pekerja sosial, termasuk kalangan wartawan dan netizen sebaiknya bersatu padu bergerak bekerja nyata di bidang masing-masing.
Kalau saling mencela, saling menyalahkan pihak lain – pasti kekuatan melawan musuh akan menjadi lemah.
Negara wajib membantu rakyat yang kena musibah. Sebaliknya rakyat pun harus menyadari keterbatasan, dan wajib disiplin apa yang diminta oleh pemerintah.
Untuk selanjutnya, ayo kita kompak bersatu. Lakukan hal yang nyata membantu pemerintah dalam mengatasi akibat Corona ini, sesuai profesi di lingkungan maing-masing.
Saya juga sudah berusaha melakukan pekerjaan, apa yang dapat saya lakukan. Hanya itu. [Made Nariana, Wartawan SK POSBALI]