Diduga Karena Ini, Warga Sengkidu Tolak Hotel di Wilayahnya Dijadikan Karantina PMI

WARGA Desa Sengkidu, Kecamatan Manggis, Karangasem, tolak hotel diwilayahnya dijadikan karantina PMI. Foto: scren shot FB
WARGA Desa Sengkidu, Kecamatan Manggis, Karangasem, tolak hotel diwilayahnya dijadikan karantina PMI. Foto: scren shot FB

KARANGASEM – Minimnya sosialisasi serta posisi hotel yang berada dekat permukiman disinyalir menjadi alasan warga Desa Sengkidu, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, menolak kedatangan 24 pekerja migran Indonesia (PMI) yang direncanakan akan menjalani karantina di salah satu hotel di wilayah tersebut pada Rabu malam (15/4/2020). Reaksi atas penolakan tersebut membuat puluhan warga turun melakukan penghadangan kendaraan yang membawa pekerja migran saat menuju ke hotel.

Perbekel Desa Sengkidu, I Wayan Darpi, kepada awak media mengatakan, secara umum warga setempat belum bisa menerima kedatangan PMI untuk dikarantina di Hotel Rama. Menurutnya, penolakan warga terjadi karena beberapa faktor seperti sosialisasi yang terlalu mendadak sehingga pemahaman masyarakat menjadi berbeda-beda.

Bacaan Lainnya

Selain itu, posisi hotel juga dekat sekali dengan permukiman warga, terlebih jumlah penduduk cukup padat disekitar hotel sehingga warga khawatir Covid-19 akan berdampak terhadap masyarakat. ‘’Masyarakat berharap jangan di hotel ini dikarantina, mereka berharap jika mencari tempat karantina paling tidak hotel yang jauh dari permukiman. Kalau tempat milik pemerintah juga diusahakan jauh dari permukiman, sehingga masyarkat tidak merasa terbebani dengan Covid-19,’’ ujarnya ketika dikonfirmasi, Kamis (16/4/2020) pagi.

Baca juga :  Enam Pendaki Tersesat di Gunung Adeng, Begini Kondisinya

Sebelumnya, perbekel sendiri bersama tokoh masyrakat sudah berupaya maksimal memohon kepada masyarakat agar legowo dan iklas menerima PMI yang baru datang demi rasa kemanusiaan. Tentunya, warga yang pulang tersebut sudah melalui pemeriksaan, meskipun nantinya terdapat indikasi Covid-19 sudah pasti pemerintah akan langsung bertindak dengan mengajak yang bersangkutan berobat sesuai dengan SOP yang ada.

‘Saya yakin yang datang ini adalah warga sehat, karena karantina 14 hari ini adalah standar WHO sehingga harus dijalani. Pemerintah sudah berupaya mencari jalan terbaik tetapi fakta di lapangan seperti ini, saya selaku kepala desa minta maaf atas kejadian ini semoga selanjutnya masyarakat bisa semakin terbuka menerima hal ini dan tidak ada lagi masyarakat yang merasa dikucilkan,’’ tandasnya. 017

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.