‘’Creative Talk 4.0’’ di Dharmanegara Alaya, Hasilkan Karya Kreatif Tanpa Meninggalkan Kearifan Lokal

KEGIATAN “Creative Talk 4.0” mengisi agenda di Dharmanegara Alaya pada Sabtu (7/3/2020) yang menghadirkan empat orang narasumber yakni Mamar Herayukti, Kedux, Duwi Arsana, dan Arya Brata. Foto: putu gede raka prama
KEGIATAN “Creative Talk 4.0” mengisi agenda di Dharmanegara Alaya pada Sabtu (7/3/2020) yang menghadirkan empat orang narasumber yakni Mamar Herayukti, Kedux, Duwi Arsana, dan Arya Brata. Foto: putu gede raka prama

DENPASAR – Acara akhir pekan di Dharmanegara Alaya, Sabtu (7/3/2020), kembali diisi dengan kegiatan talk show bertajuk “Creative Talk 4.0” diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Denpasar dan Badan Kreatif Denpasar. Kegiatan ini menghadirkan empat sosok anak muda kreatif Denpasar. Mereka adalah Putu Mamar Herayukti, Komang Gede Sentana Putra alias Kedux, Duwi Arsana, dan Arya Brata.

Kegiatan ‘’Creative Talk 4.0’’ dibuka oleh Kadis Pariwisata Kota Denpasar, Dezire Mulyani, didampingi Kabid Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, I Wayan Hendaryana. Tampak ratusan anak muda yang terdiri dari akademisi, mahasiswa, seniman, dan sekaa teruna hadir membahas kretivitas dan tantangan dalam industri 4.0. Dari acara ini, para narasumber mengemukan bagaimana generasi muda mampu mengubah tantangan yang ada menjadi karya kreatif dengan memunculkan kearifan lokal.

Bacaan Lainnya

Marmar Herayukti selaku seniman ogoh-ogoh dari Banjar Gemeh, Denpasar, menyampaikan, pada era industri 4.0 mampu membawa hal kreatif pada setiap bidang yang digeluti serta memberikan dampak perekonomian. Seperti pada kreativitas ogoh-ogoh yang mampu memberikan dampak perekonomian. Perkembangan dalam pembuatan ogoh-ogoh terus mengalami perubahan hingga masuk pada penggunaan styrofoam yang sangat mempengaruhi kesehatan manusia.

Baca juga :  Tak Hanya Cerdas, Lulusan Sarjana Harus Kreatif

‘’Dari tantangan ini kami bersama sekaa teruna mencoba kembali pada kearifan lokal yakni ulat-ulatan serta diterima kembali dan sudah menjadi sebuah industri kreatif. Dampak ini pula berpengaruh pada penggiat ulat-ulatan kembali bergairah serta ulat-ulatan diterima dengan baik khalayak banyak,’’ ucapnya.

Kedux mengaku tantangan ada di sekitar lingkungan sendiri. Kreatif, menurut Kedux, dibagi menjadi tiga yakni kreatif murni, adopsi, dan modifikasi. Pada tataran ketiga hal tersebut tidak terlepas dari manajemen mulai dari waktu, kerja, SDM, dan keuangan.

Di samping itu, tidak terlepas dari sistem informasi dan koordinasi tim dalam sebuah manajemen. ‘’Berkolaborasi kreatif melihat peluang dan tantangan serta jangan meninggalkan identitas budaya kita sebagai generasi muda,’’ ujarnya.

Hal seada disampaikan Arya Brata dan Duwi Arsana, bahwa setiap kreativitas yang dihasilkan dari karya-karyanya selama ini tidak jauh dari tantangan sehari-hari yang ingin memudahkannya di setiap aktivitas. Menggali dan mengasah kreativitas juga tidak terlepas dari kolaborasi dan ide dari pergaulan sehari-hari.

Wali Kota Denpasar dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kadis Pariwisata mengatakan, Bali khususnya Denpasar memiliki potensi besar di era digital. Oleh sebab itu, Pemkot Denpasar sangat fokus pada ekonomi kreatif mendukung aktivitas generasi muda. “Generasi muda Denpasar yang berada di setiap lingkungan banjar telah mampu berbicara di tingkal nasional dan internasional, seperti pemuda Banjar Gemeh dan Banjar Tainsiat,” katanya. rap

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.