POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Rekomendasi DPP PDIP untuk pasangan calon yang diusung pada Pilkada Serentak 2024 di Bali belum resmi diumumkan. Hanya, sejumlah nama kencang disebut-sebut direkomendasi sebagai bakal calon kepala daerah (bacakada). Uniknya, meski mayoritas di DPRD tapi PDIP, dengan pertimbangan tertentu, tetap memilih nonkader untuk dicalonkan.
Wakil Sekretaris Internal DPD PDIP Bali, Tjokorda Gede Agung, membantah kabar rekomendasi DPP sudah turun. “Siapa bilang begitu? Jangan ‘katanya-katanya’, saya saja belum lihat suratnya. Jangan memaksa saya komentar untuk hal yang belum ada faktanya,” serunya singkat saat dimintai komentar, Minggu (21/7/2024).
Berdasarkan data yang dihimpun, untuk Pilkada Jembrana hampir pasti PDIP mengusung Ketua DPC PDIP Jembrana, Kembang Hartawan; untuk berduet dengan Wakil Bupati petahana, Ngurah Patriana Krisna alias Ipat. Pertimbangan memilih Ipat, karena sosok Gede Winasa selaku ayah Ipat dinilai masih memiliki popularitas tinggi untuk mempengaruhi persepsi konstituen di Jembrana. “Uang bayar denda Pak Winasa Rp3,8 miliar supaya bisa bebas dari penjara, itu kan berkat upaya Kembang dan teman-teman PDIP. Termasuk Pak Koster,” bisik seorang sumber, awal pekan lalu.
Untuk Tabanan, Komang Sanjaya dipastikan lanjut untuk menjadi calon Bupati. Namun, calon Wakil Bupati bisa berpindah ke Made Dirga yang kini Ketua DPRD Tabanan. Edi Wirawan sebagai Wakil Bupati petahana kabarnya tersingkir, karena secara personal dinilai “kurang menjual” di mata publik.
Yang cukup menarik adalah di Badung, karena ada tiga versi paslon yang beredar. Versi pertama adalah usulan DPD PDIP Bali yakni Adi Arnawa (nonkader)-Alit Yandinata (kader). Versi kedua adalah sesuai usulan DPC PDIP Badung yakni Adi Arnawa-Bagus Alit Sucipta (Gus Bota) sebagai peraih suara 117.000 lebih saat Pileg 2024, tertinggi di Dapil Badung. Dan, versi ketiga, konon DPP ingin kader yang jadi Badung 1, yakni Gus Bota bersama Adi Arnawa. “Masih alot pembahasannya, antara Pak Koster dan Pak Giri belum satu suara. Mungkin menit-menit akhir baru keluar,” cetus sumber di Badung.
Di Denpasar, petahana IGN Jaya Negara-Kadek Agus Arya Wibawa dipastikan mulus untuk direkomendasi tarung kembali. Tidak seperti tahun 2020 yang masih ada konflik internal untuk posisi bakal calon Wakil Wali Kota, kali ini tidak ada nama lain yang disodorkan kader. Untuk Gianyar, pasangan petahana Made Mahayastra-Agung Mayun juga melenggang landai. Namun, berhubung Mahayastra kabarnya dibidik kasus hukum dengan beberapa laporan di Polda Bali, ada skenario lain untuk bakal calon Bupati. Ida Ayu Adnyani, istri Mahayastra, banyak disebut sebagai pemain pengganti.
Untuk Bangli, petahana Sang Nyoman Sedana Arta-Wayan Diar hampir pasti tinggal menunggu rekomendasi resmi. Made Satria-Cok Surya menjadi paslon yang akan diusung di Pilkada Klungkung, sedangkan mantan Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjidra; ditandemkan dengan Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna, di Pilkada Buleleng.
Khusus Karangasem, karena Artha Dipa sudah dua kali menjabat Wakil Bupati meski dengan Bupati berbeda, dia tak bisa lagi dicalonkan. PDIP melabuhkan pilihan kepada Bupati petahana Gede Dana dengan Suadi yang nonkader sebagai calon Wakil Bupati.
Berbeda dengan Pilkada di kabupaten/kota yang kandidatnya banyak beredar, untuk Pilgub Bali sampai saat ini masih misterius. Konstelasi politik nasional antara PDIP dengan Presiden Jokowi, perbincangan warganet di media sosial, hasil survei elektabilitas Koster dan Giri Prasta yang dirilis sejumlah media, serta elektabilitas simulasi sejumlah nama nonkader yang diduetkan dengan Giri Prasta, kabarnya jadi bahan kuat pertimbangan DPP mengambil keputusan. Termasuk mengkalkulasi kemungkinan Giri Prasta, yang saat ini popularitasnya menjulang sebagai calon Gubernur, “dibajak” partai lain untuk dijadikan penantang PDIP. hen