Mengalah di Pencalonan, Loyal di Barisan KIM, Gerindra Jembrana: Ipat Hanya Masa Lalu

KADE Darma Susila (kanan) bersama koleganya di DPRD Bali sebelum rapat paripurna, beberapa waktu lalu. Foto: hen
KADE Darma Susila (kanan) bersama koleganya di DPRD Bali sebelum rapat paripurna, beberapa waktu lalu. Foto: hen

POSMERDEKA.COM, DENPASAR – Hengkangnya Gede Ngurah Patriana Krisna (Ipat) untuk bergabung dengan Kembang Hartawan pada Pilkada Jembrana 2024, sempat membuat menghadirkan spekulasi soliditas Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk head to head dengan PDIP. Posisi Partai Gerindra dinilai seksi untuk menghadirkan kejutan, apakah tetap dalam KIM, gabung dengan Ipat atau membuat poros sendiri. Apa sikap Gerindra?

“Sejauh ini kami dalam bingkai KIM di Jembrana,” tegas Ketua DPC Partai Gerindra Jembrana, Kade Darma Susila, ditemui saat acara mebat bareng di wantilan DPRD Bali, Sabtu (20/7/2024).

Bacaan Lainnya

Ditanya pertimbangan sikap partainya itu, Susila tidak menjawab langsung. Dia menuturkan, Pendapatan Asli Daerah (APD) Jembrana dari pajak dan retribusi sangat minim. Sulit diandalkan untuk bisa menopang pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di Jembrana. Satu hal yang bisa digunakan untuk menguatkan ekonomi adalah investasi. Dan, itu pasti dari luar Jembrana.

“Jembrana akan ada investasi di daerah Cekik seluas 1.500 hektar, itu dari pusat. Artinya, untuk bisa menguatkan pembangunan memang harus sejalan antara pusat dan daerah. Di pusat nanti kan kita sudah tahu siapa (yang akan menjadi Presiden),” jelas anggota Komisi 2 DPRD Bali itu.

Baca juga :  Guru Penggerak Talenta Pemimpin Masa Depan di Satuan Pendidikan

Menimbang konstelasi politik dan kebutuhan pembangunan di Jembrana, sambungnya, Gerindra memilih “mengalah” dengan tetap mengusung petahana Bupati Tamba, yang kader Partai Demokrat. Meski, sambungnya, dengan hengkangnya Ipat, posisi calon Wakil Bupati akan diisi Ketua DPD Partai Golkar Jembrana, Made Suardana. Dengan lain ucap, Gerindra tidak “kebagian” dalam kontestasi di eksekutif.  

“Gerindra berpikir untuk melepas ego, dan lebih memikirkan ekonomi Jembrana ke depan. Kita jangan berpikir ego sektoral, kami mengalah, dan kami tegaskan KIM di Jembrana tetap bersatu,” lugasnya.

Disinggung mengapa sosok Ipat terbilang seksi dalam kontestasi politik di Jembrana, Susila berujar karakter warga kita memang mudah simpati kepada orang yang dilihat dizalimi. Maksudnya, kata dia, ada framing atau pembingkaian di publik bahwa Ipat selaku Wakil Bupati dizalimi Tamba sebagai Bupati. Dalam hal ini dalam pembagian tugas dan kewenangan kekuasaan selama memerintah sejak Januari 2021 sampai sekarang.

“Dalam bertugas kan ada pembagian wenang antara Bupati dan Wakil Bupati, Ipat (sebagai Wakil) mestinya harus tahu diri juga,” cetusnya dengan nada datar.

Soal apakah di mata Gerindra sosok Ipat tetap sebagai masa depan atau sekadar masa lalu, dia menegaskan saat ini Ipat sudah bersama PDIP. Karena itu otomatis Ipat adalah masa lalu, meski saat Pilkada Jembrana 2020 Gerindra termasuk mengusung duet Tamba-Ipat. Dia juga menyayangkan manuver politik Ipat, karena mestinya bisa bersabar dan tinggal menunggu lima tahun lagi untuk naik tingkat menjadi calon Bupati setelah Tamba.

Baca juga :  Kakanwil BPN Bali Digugat ke PTUN, Konflik Status Lahan di Bungkulan Berlanjut

“Kalau sekarang misalnya menang dengan Kembang sebagai Wakil Bupati, toh lima tahun lagi akan jadi calon lawan juga untuk (Kembang sebagai) calon Bupati, karena Ipat sudah dua kali jadi Wakil Bupati,” bebernya.

Apa Gerindra tidak berminat membuat poros ketiga dengan misalnya menggandeng PKB dan PPP? Ditanya ini, Susila cuma tertawa. hen

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.