Oleh: Mr. Joger
(Untuk yang masih suka dan sempat baca).
MENURUT Mr. Douglas McGregor (Amerika 1904 S/D 1964) ada dua filosofi (Lebensanshauung) atau pandangan hidup) “yang saling berlawanan sehubungan dengan manajemen dan organisasi. Karena “Theory X” adalah filosofi yang berpandangan bahwa orang-orang (pada umumnya) tidak menyukai pekerjaan dan (hampir selalu) berusaha menghindari pekerjaan dan tanggungjawabnya, sehingga harus dipaksa dan/atau bahkan harus ditakut-takuti untuk bekerja dan menyelesaikan tugas- tugasnya secara bertanggungjawab.
Sebaliknya “Theory Y” justru berpandangan bahwa orang-orang (pada umumnya) menyukai pekerjaannya dan bertanggungjawab, sehingga kalau mereka diberikan peluang atau kesempatan untuk bekerja maupun berkarya, mereka pun akan berkomitmen (bertang- gungjawab) terhadap tujuan-tujuan organisasi. Theory yang manakah sebaiknya kita percaya? Menurut penulis (Mr/Pak Joger) kedua teori itu sebenarnya sama-sama bisa berakibat buruk, kalau kita perca- ya begitu saja maupun tidak percaya begitu saja.
Buktinya, banyak orang yang ketika sedang datang ke penulis untuk “minta pekerjaan” dan penulis tanya pekejaan apa yang harus penulis berikan kepa- danya? Si pencari pekerjaan itu akan dengan tegas dan jelas menjawab. Kemudian, setelah penulis terima dan berikan tugas-tugas seberat apapun dia akan kerjakan secara sigap, cepat, dan bertang- gungjawab. Tetapi setelah beberapa bulan ‘’bekerja’’, pekerja yang sebelumnya sangat rajin dan sigap itu pun akan mulai kelihatan lamban, sering terlambat, dan sering tampak melamun, bahkan ketika gajinya sudah naik pun dia tetap saja lamban, sering terlambat, dan sering tertangkap basah sedang merokok dan melamun di gudang bagian belakang.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, ketika penulis panggil ke kantor dan tanya, “Dulu Anda bilang mau kerja, bahkan ketika saya tanya kerja apa, Anda malah secara cepat dan tegas menyatakan kerja apapun Anda mau, yang penting kerja! Tapi sekarang ini Anda maunya apa, sih?”. Eh, secara tenang dan tanpa merasa bersalah, dia malah menjawab, “Saat ini sebenarnya saya mau apa saja, kecuali kerja!” Itulah akibat buruk kalau kita percaya begitu saja pada”Theoryi Y” tanpa mau benar-benar menyelidiki track record dan karakter si pencari kerja yang sedang kepepet butuh uang untuk bayar utangnya yang sudah menumpuk.
Tapi sebaliknya, ada teman penulis malah pernah karena tidak mau percaya begitu saja pada kemenakannya sendiri yang datang minta pekerjaan, tapi setelah kemenakannya itu tidak dia berikan pekerjaan di perusahaannya, ternyata kemenakannya yang sebenarnya sangat baik, jujur, rajin, berinisiatif, suka belajar, dan sangat bertanggungjawab itu pun direkrut oleh perusahaan tetangga yang mempercayai kemenakannya itu secara benar-benar baik, jujur, adil, dan beradab itupun tumbuh dan berkembang bagaikan roket yang melesat maju secara luar biasa, dan beberapa tahun kemudiannya malah tumbuh pesat menguasai pasar secara signifikan, dan teman penulis yang suka berpikir negatif dan tidak mau percaya pada niat baik dan ketulusan kemenakannya itupun menyesal setengah mati.
Makanya, kalau memang mau percaya maupun mau tidak percaya pada seseorang, biasakanlah untuk tidak terlalu terburu-buru, dan/tetapi sebaliknya, juga, janganlah sampai terlalu lama meragukan maupun membiarkan orang menunggu dan menunggu keputusan kita (mau percaya maupun tidak percaya) sepanjang hari, sepanjang minggu, sepanjang bulan, sepanjang tahun, dan/atau apa lagi sampai sepanjang masa, he..he..he.
Dan kalau bisa, janganlah buat keputusan penting ketika otak dan hati kita sedang terlalu marah maupun terlalu senang (apalagi sedang mabuk asmara). Biasakanlah untuk menenangkan otak dan hati kita secara optimal, sebelum, sembari, maupun sesudah membuat keputusan untuk percaya maupun untuk tidak percaya pada siapa dan/atau pada apapun juga. Jangan lengah, jangan panik, jangan takut, tetapi tetaplah tenang sambil mengamati secara waspada! Karena kalau tidak salah, seharusnyalah manusia tidak hanya kita nilai dari apa yang dia makan dan minum saja, tetapi juga sangat bisa dan boteh kita nilai dari bagaimana cara, apa, dan siapa saja yang dia benar-benar percaya maupun benar-benar tidak percaya.
Dan kalau bisa, janganlah percaya begitu saja pada takhyul atau superstition, karena takhyul atau superstition pun tidak mungkin mau percaya begitu saja pada kita, he..he..he. Lalu sungguh-sungguhlah percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Mahabaik, dan Mahabijaksana, justru agar kita pun benar-benar layak dan pantas dipercaya oleh sesama kita yang benar-benar baik, jujur, dan bijaksana! Percayakah Anda pada pendapat yang penulis sajikan dalam tulisan singkat ini? Percaya, tidak percaya, tetap terima kasih! Setuju? Matur suksema!
Joger, Kuta, Balinesia, Senin, 29032021. Malam.