ST Setia Budhi Banjar Ubung Jimbaran Fasilitasi ‘Rare Angon’ di Era Budaya Hidup baru

Foto: ist/ proses pembuatan layang-layang celepux di balai banjar Ubung Jimbaran
Foto: ist/ proses pembuatan layang-layang celepux di balai banjar Ubung Jimbaran

MANGUPURA – Untuk memberikan ruang kepada para ‘rare angon’ berkreatifitas di masa tatanan budaya kehidupan era baru, Sekaa Truna Setia Budhi Banjar Ubung Jimbaran menggelar festival layang-layang celepux, Minggu (23/8). Lomba tersebut menjadi lomba yang pertama kali di gelar di Desa Adat Jimbaran. Menariknya lomba tersebut bukan hanya menilai layangan yang diterbangkan, melainkan proses pembuatan layangan itu sendiri. Lomba tersebut dibuka untuk umum, yang menperebutkan hadiah tropy, piagam dan uang tunai.

Ketua Panitia Pelaksana acara, I Kadek Sanjaya Saputra menerangkan, lomba yang bertajuk STSB Celepuk Kite Festival itu bertujuannya untuk membangkitkan semangat pemuda (khususnya rare angon) yang sudah lama vakum, karena tidak bisa mendapatkan ruang berkreatifitas akibat pandemi Covid-19. Karena itulah saat pariwisata kembali dibuka untuk wisatawan nusantara, lomba tersebut akhirnya digelar dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku. “Saat pandemi Covid-19 kan ada banyak pemuda yang di rumahkan, saat itu kita lihat minat masyarakat memilih hiburan bermain layang-layang. Jadi ini kita coba wadahi melalui kompetisi, sebab ini tentu mengasah kreatifitas dan sekaligus untuk melestarikan budaya rare angon itu sendiri,”terangnya.

Bacaan Lainnya

Dipaparkannya, lomba tersebut memang bukan hanya terkonsentrasi pada penilaian saat layang-layang tersebut diterbangkan. Melainkan juga pada proses pembuatan layang-layang itu sendiri. Sebab pelestarian budaya dinilainya bukan terletak pada bagaimana menerbangkan layang-layang, melainkan membuat layang-layang itu sendiri. Sebab proses membuat layang-layang memerlukan keterampilan, seni, kesabaran dan kreatifitas. “Ada 2 katagori yang kita nilai, pertama dari proses membuat dengan kriteria kerapian, kecepatan dan mengudara. Kedua adalah tekhnik menggambar layangan, dengan kriteria bentuk, keelokan, keindahan dan mengudara. Jadi pagi hari kita lombakan membuat layang-layang dan sore hari baru diterbangkan,”paparnya sembari menerangkan lomba membuat layang-layang diikuti 24 peserta dan air brush layang layang diimuti 32 peserta.

Baca juga :  Mulai 27 Maret, Masyarakat Bisa Belanja Kebutuhan Pokok di Pasar Badung Lewat Daring

Kelian Banjar Ubung Jimbaran, Made Subagiada didampingi Ketua ST Setia Budhi, I Wayan Arif Masriadi mengaku sangat mengapresiasi dan mendukung segala kegiatan positif pemuda banjar Ubung. Dimana segala kegiatan yang dilahirkan itu terlahir dari kreativitas dan rasa kecintaan mereka dalam melestarikan budaya. Terlebih kegiatan itu dilaksanakan dalam rangka HUT RI ke-75. “Ini artinya pemuda kita ini inovatif dan mencintai budayanya. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menghindarkan generasi milenial kita dari pengaruh hal yang negatif. Sebab pemuda itulah yang nanti akan menjadi tonggak penerus bangsa yang harus kita bina dan dukung perkembangannya secara positif,”terangnya. 023

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.