Ratusan Hotel Mulai Tutup di Gili Trawangan, Rektor Unram Minta Cendikiawan Dunia Bantu Atasi Krisis Air di KLU

Prof. Bambang Hari Kusumo. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, MATARAM – Pariwisata di Gili Trawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara (KLU), kini sedang terpuruk akibat krisis air bersih yang melanda Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) tersebut.

Layanan air bersih di Gili Trawangan dihentikan oleh PT Tiara Citra Nirwana (TCN) sejak Sabtu, 22 Juni 2024. Akibatnya, sejumlah hotel dan restoran menutup sementara operasional sejak Senin, 24 Juni 2024. Data Gili Hotel Association (GHA) sudah ada 435 akomodasi pariwisata di Gili Trawangan yang terdampak.

Bacaan Lainnya

Terkait hal itu. Rektor Universitas Mataram (Unram), Prof. Bambang Hari Kusumo, mengajak cendekiawan, praktisi, dan pembuat kebijakan terkemuka dari seluruh dunia mengenai isu-isu ketahanan pulau yang kini berkumpul mengikuti konferensi Kepulauan Dunia ke-19 di Pulau Lombok, Provinsi NTB, untuk membantu menjawab krisis air bersih di wilayah Gili Trawangan dan Gili Meno.

‘’Saya berharap konferensi ini bisa menjawab permasalahan tersebut. Bersama-sama kita bisa menjadi solusi. Karena jika kita bukan solusinya, kita sendirilah masalahnya. Ini karena Gili Trawangan dan Gili Air adalah salah satu pulau di dunia yang juga butuh solusi dari para pakar-pakar dunia,’’ tegas Rektor saat menyampaikan paparannya saat konferensi Kepulauan Dunia ke-19 di Universitas Mataram (Unram), Kamis (27/6/2024).

Baca juga :  Kader PDIP Diingatkan Jangan Punggungi Rakyat

Prof. Bambang mengaku konferensi kali ini di ikuti sebanyak 124 peserta dari 25 negara dan akan berlangsung selama lima hari sejak tanggal 25-29 Juni 2024 di Universitas Mataram (Unram).

Guru Besar Fakultas Pertanian Unram ini menegaskan bahwa perhelatan yang kali pertama yang diadakan di Asia Tenggara tersebut berpotensi akan melahirkan kebijakan terkemuka dalam menjaga kepulauan sebagai garis depan dan terdepan dalam inovasi teknologi dan kebijakan.

Selanjutnya, juga menjaga kepulauan berada di garis depan dalam perubahan ekonomi, kesehatan, sosial, budaya, dan lingkungan yang menyebar ke seluruh dunia.

‘’Saya harap pemikiran menjaga kepulauan sebagai garda terdepan dalam menjaga ekosistem kehidupan manusia. Dan saya titip agar krisis air di Gili Trawangan dan Gili Meno di KLU, bisa dibantu penyelesaianya di forum dunia ini,’’ tegas Prof. Bambang.

Dalam kesempatan itu, pihaknya merasa terhormat telah ditunjuk menjadi tuan rumah pertemuan bergensi dunia tersebut. Sebab, ratusan cendekiawan, praktisi, dan pembuat kebijakan terkemuka dari seluruh dunia mengenai isu-isu ketahanan pulau dapat berkumpul di Pulau Lombok, Provinsi NTB.

‘’Selamat berdiskusi ilmiah. Kami yakin, percakapan ilmiah para pakar-pakar kepulauan dunia akan dapat menginspirasi tindakan yang mengarah pada perubahan positif. Terima kasih, dan nikmati konferensinya selama di Pulau Lombok,’’ ucap Prof. Bambang.

Sementara itu, Ketua Gili Hotel Association (GHA), Lalu Kusnawan, membenarkan, bahwa ada 435 akomodasi pariwisata di Gili Trawangan yang terdampak. ‘’Situasi saat ini sangat kritis. Sudah ada lima properti yang memutuskan untuk menutup operasional sementara,’’ kata Kusnawan yang dihubungi melalui telpon selulernya, Kamis (27/6/2-24).

Baca juga :  KPU Klungkung Cari Mitra untuk Tampung Dana Rp24,6 Miliar

Kusnawan menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan hearing dengan DPRD Lombok Utara, namun belum ada solusi konkret. Jika tidak ada keputusan segera, 435 properti di Gili Trawangan akan menolak tamu karena tidak ada stok air bersih yang dapat digunakan di hotel.

‘’Keputusan untuk menutup sementara operasional hotel dan restoran adalah langkah untuk melindungi bisnis kami. Tidak ada gunanya menerima tamu tanpa air bersih, karena hal itu akan berdampak negatif pada ulasan wisatawan,’’ jelas Kusnawan.

Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Lombok Utara ini menyebutkan bahwa kerugian yang dialami pelaku wisata di Gili Trawangan mencapai Rp8,7 miliar per hari. Dengan asumsi satu wisatawan mengeluarkan biaya penginapan sebesar Rp3,5 juta dan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gili Trawangan sebanyak 2.500 orang per hari.

‘’Kerugian ini hanya dari sektor akomodasi, belum termasuk transportasi. Biaya hotel per hari dikali jumlah wisatawan mencapai Rp8,7 miliar,’’ tandas Lalu Kusnawan. rul

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.