SETIDAKNYA 15 hari hiruk-pikuknya Pekan Olahraga Nasional (PON XXI) Aceh-Sumut 2024 yang pertama kali diselenggarakan di dua provinsi itu berlangsung, yang akhirnya ditutup oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy yang mewakili Presiden Joko Widodo, di Sport Center Sumut, Desa Sena, Kecamatan Batang Kuis, Deli Serdang pada 20 September 2024.
Puluhan ribu warga tumpah ruah memadati kompleks olahraga termahal yang dibangun pemerintah di Sumut. Gebyar kembang api menghiasi langit di tengah cuaca malam yang cerah, mengisyaratkan pesta olahraga empat tahunan, PON XXI Aceh-Sumut itu pun berakhir.
Meski menjelang malam penutupan PON di stadion megah Batang Kuis itu, segelintir orang meragukan tentang kemampuan kapasitas tampung stadion, mengingat bangunan tersebut baru selesai dibangun, namun terjawab dengan suksesnya acara penutupan tanpa insiden apa pun.
Lazimnya sebuah event olahraga bahwa ada yang menang dan juga ada yang kalah, namun narasi itu lumrah dalam ajang kompetisi dalam mengundi prestasi di sebuah perhelatan olahraga, terutama di PON.
Yang menang tentunya ikut memboyong medali emas, perunggu dan perak untuk dibawa pulang sebagai kebanggaan yang kemudian dipersembahkan kepada masyarakat dan daerah asal atlet itu sendiri.
Namun yang belum berhasil menjadi juara dan membawa pulang medali, tidak pula harus berputus asa, sebab yang tak kalah pentingnya dari perhelatan olahraga sekelas PON itu adalah sportivitas dan sebagai sarana silaturahmi antar anak bangsa yang ingin mengenal adat dan budaya satu daerah dengan daerah lainnya sehingga mengisyaratkan bahwa Indonesia adalah Bhinneka Tunggal Ika.
Bahkan tagline untuk PON XXI 2024 “Bersatu Kita Juara” mengandung pesan “bersatu kita” adalah makna persatuan dan kesatuan bangsa dengan latar belakang suku, agama, budaya dan bahasa yang berbeda dan dimaknai bersatu kita dalam keberanekaragaman.
Sedangkan “Kita Juara” adalah semangat juara untuk para atlet dan dimaknai kemenangan atau keberhasilan dalam 5 sukses PON yakni sukses penyelenggaraan, sukses prestasi, sukses administrasi, sukses pemberdayaan dan ekonomi rakyat serta sukses pemanfaatan fasilitas pasca-event.
PON XXI Aceh-Sumut diselenggarakan pada 8-20 September 2024 itu mempertandingkan sebanyak 65 cabang olahraga di dua provinsi tersebut, yang diisi mulai dari cabang olahraga tradisional hingga modern.
PON XXI Aceh-Sumut menjadi edisi terbesar dalam sejarah karena melibatkan hampir 13.000 atlet dan 6.000 lebih ofisial. Selain itu, PON kali ini juga menjadi yang pertama dilaksanakan di dua provinsi sebagai tuan rumah.
Tiga provinsi berada di papan atas perolehan medali, tercatat kontingen Jawa Barat (Jabar) menjadi juara umum PON XXI setelah menduduki posisi pertama klasemen akhir perolehan medali dengan 195 emas, 163 perak, dan 182 perunggu.
Prestasi ini membuat slogan “Jabar Hattrick” mereka terwujud setelah berhasil mempertahankan status juara umum pada dua edisi sebelumnya, di PON XIX Jawa Barat 2016 dan PON XX Papua 2021. Menghuni posisi dua besar, ada DKI Jakarta dengan 184 emas, 150 perak, dan 145 perunggu dan kemudian Jawa Timur dengan 146 emas, 136 perak, dan 143 perunggu.
Posisi ketiga klasemen akhir PON XXI ditempati kontingen Jawa Timur dengan mengoleksi 146 medali emas, 136 perak dan 143 perunggu atau total medalinya sebanyak 425. Di posisi keempat dihuni tuan rumah Sumut dengan 79 emas, 59 perak, dan 116 perunggu.
Lalu, di posisi kelima ada Jawa Tengah dengan 71 emas, 74 perak, dan 115 perunggu. Sementara itu, Aceh yang juga menjadi tuan rumah menempati posisi keenam dengan 65 emas, 48 perak, dan 79 perunggu. Kemudian Bali yang pada PON XX 2021 di Papua menduduki peringkat kelima, kini tergusur ke urutan tujuh dengan 36 emas, 38 perak dan 60 perunggu.
Sebagai tuan rumah bersama di perhelatan olahraga terbesar nasional, Sumut dinilai telah menunjukkan sportivitas dan dukungannya yang maksimal, sejak dari penyambutan hingga kepulangan kontingen ke daerah asalnya masing-masing. Pemerintah Provinsi Sumut menyebut bahwa PON XXI 2024 telah menorehkan sejarah dengan menjadi yang terbesar selama pelaksanaan PON di Indonesia.
“Kami berterima kasih Aceh dan Sumut ditunjuk sebagai tuan rumah PON XXI, ini telah menorehkan sejarah sebagai PON terbesar dalam sejarah di Indonesia. Bahkan ini pertama kali dilaksanakan di dua provinsi dengan peserta provinsi yang juga terbanyak,” kata Pj Gubernur Sumut Ahmad Fatoni.
Bukan tanpa sebab, hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan PON XXI sebanyak 65 cabang olahraga telah dipertandingkan ditambah dengan 11 eksibisi. Angka tersebut merupakan jumlah cabor terbanyak dalam penyelenggaraan PON selama ini.
Dengan ditunjuknya Sumut menjadi tuan rumah juga memberikan keberkahan dan kebahagian bagi masyarakat. Bahkan pertumbuhan ekonomi hingga sektor pariwisata meningkat selama pelaksanaan PON. “Dengan menjadi tuan rumah, ekonomi tumbuh pesat di Aceh dan Sumut, wisata maju membawa dampak dan manfaat bagi kami Sumut dan Aceh,” ucap Fatoni.
Dengan pelaksanaan PON XXI juga membuat Sumut memiliki sejumlah venue baru untuk berolahraga berstandar nasional hingga internasional, salah satunya Stadion Madya Atletik yang berstandar internasional dan telah tersertifikasi. Tak hanya itu, venue boling dan gateball juga dinobatkan sebagai yang terbaik di Sumut.
Prestasi selanjutnya adalah jumlah volunteer PON XXI Sumut sebanyak 82.392 orang atau menjadi yang terbesar dalam sejarah olahraga nasional bahkan dunia, bahkan melampaui jumlah volunteer di Olimpiade.
Ketua KONI Letjen Purn Marciano Norman juga menyebut PON XXI sebagai terbesar selama sejarah pelaksanaan PON. Selain juga bersejarah lantaran banyak memecahkan rekor nasional.
Mulai dari cabang olahraga 2 atletik yang memecahkan 7 rekor nasional dan 21 rekor PON. Selanjutnya pada cabor renang terjadi satu rekor nasional dan 17 rekor PON, selam kolam mencetak 7 rekor nasional dan 6 rekor PON, angkat besi mencetak 5 rekor senior dan 6 rekor PON, panjat tebing mencetak 4 rekor nasional dan 4 rekor PON, dan menembak mencetak 2 rekor nasional dan 20 rekor PON
Penjabat Gubernur Aceh, Safrizal menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada seluruh pihak yang terlibat dalam kesuksesan penyelenggaraan PON XXI di Aceh.
Meski pelaksanaan PON sempat mendapat kritik di awal, namun akhirnya menuai banyak apresiasi.
“Walaupun di awal kita mendapatkan banyak kritikan, menjelang penutupan kita mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Ini menunjukkan bahwa kerja keras kita membuahkan hasil.” jelas dia.
Ia juga membagikan pengalaman positif dari para kontingen yang memuji layanan kesehatan dan transportasi selama PON berlangsung. “Banyak kontingen yang menelepon saya, mengatakan bahwa pelayanan kesehatan sangat baik. Sopir-sopir kita ramah dan bekerja dengan ikhlas,” ujar Safrizal, yang dilansir posmerdeka.com dari antaranews.
PON juga melahirkan interaksi nasional antar anak bangsa dari ujung paling timur, barat, utara hingga selatan nusantara dalam setiap pergelutan prestasi cabang olahraga yang dipertandingkan.
Budaya dan adat masyarakat Aceh “Peumulia Jamee”, telah menjadi simbol persaudaraan bagi atlet Papua dan provinsi lainya di Indonesia, mereka memberikan kesan bahwa warga “Serambi Makkah” menyambutnya dengan baik dan bersikap ramah.
Banyak sisi lain yang dapat dimaknai dari perhelatan PON XXI, tidak hanya pertandingan cabang olahraga untuk meraih prestasi, tapi silaturahmi besar serta saling mengenal lebih dekat adat dan budaya anak bangsa dari berbagai provinsi berbeda.
Selain itu, melalui perhelatan PON XXI 2024 telah berdampak ekonomi bagi masyarakat dan pelaku UMKM. Para pedagang yang mendapat kesempatan membuka usaha penjualan pakaian berlogo PON di arena olahraga Pancing Deli Serdang mengaku beromzet rata-rata Rp10 juta per hari selama PON.
Pencapaian prestasi olahraga, silaturrahmi antarprovinsi sampai pengenalan adat dan budaya dari atlet dan ofisial sampai dengan peningkatan ekonomi masyarakat menjadi dampak penting dari perhelatan PON 2024. Mari persiapkan diri menyambut PON XXI 2028 “Nusa Tenggara” yang digelar di NTB dan NTT. yes