Petani Ikan Khawatir Dampak Semburan Belerang Danau Batur

FENOMENA alam semburan belerang kembali terjadi di perairan Danau Batur, Kintamani, Bangli. Kondisi ini memicu kekhawatiran para petani ikan di wilayah tersebut. foto: ist

BANGLI – Fenomena alam semburan belerang kembali terjadi di perairan Danau Batur, Kintamani, Bangli, Bali. Kondisi ini menyebabkan para petani ikan di wilayah tersebut khawatir.

Masalahnya, seperti pengalaman sebelumnya, fenomena siklus tahunan itu akan menyebabkan ribuan ikan nila yang dibudidayakan dengan sistem kuramba jala apung (KJA) mati secara sporadis.

Bacaan Lainnya

Kepala Desa Buahan, I Nyoman Gamayana, Rabu (14/7/2021) menuturkan, semburan belerang terjadi di perairan dari wilayah Seked hingga Desa Buahan. Hal ini ditandai dengan terjadinya perubahan warna permukaan air danau menjadi hijau keruh. “Semburan belerang tampak terjadi dari tadi pagi. Ini bencana bagi para petani ikan,” ungkapnya.

Disebutkan, sedikitnya 70 warganya sebagai petani ikan yang memiliki keramba di pesisir danau terbesar di Bali itu. Memang, jelasnya, sejauh ini m belum ditemukan ada ikan yang dibudidayakan petani mati. Hanya, seperti pengalaman sebelumnya, kematian ikan diperkirakan mulai terjadi satu hingga tiga hari usai ledakan belerang terjadi dari dasar danau.

“Para petani sangat waswas akan mengalami kerugian besar akibat banyak ikan yang siap panen itu mati. Ikan dalam kuramba tidak bisa bebas, sehingga kekurangan oksigen. Sedangkan yang masih bibit lebih tahan hidup, karena perlu oksigen sedikit,” urainya.

Baca juga :  Pengadilan Tak Boleh Tolak Gugatan Pemilihan Bendesa Adat

Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli, I Wayan Sarma, membenarkan terjadinya kembali semburan belerang di Danau Batur.

Menurutnya, fenomena ini terakhir terjadi pada awal Maret 2021, dengan kondisi yang paling parah dialami Desa Buahan. “Ini rekan kami Penyuluh Perikanan sedang di lapangan. Fenomena ini juga terjadi di danau-danau vulkanik yang lain,” kata Sarma.

Disinggung luasan semburan, Sarma menyebut hingga saat ini baru wilayah Seked, Kedisan dan Buahan. Sementara untuk di wilayah Desa Songan hingga Trunyan masih aman. “Sampai saat ini belum ada dampak ke ikan-ikan, mudah-mudahan tidak ada,” tandasnya. gia

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.