BANGLI – Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang ternak warga di wilayah Jawa Timur, hingga kini belum ditemukan di wilayah Bangli. Namun, merebaknya kasus ini berpotensi menjatuhkan harga pasaran hewan ternak, khususnya di wilayah Bali.
Koordinator Pasar Hewan Kayuambua, Nengah Degdeg, Rabu (18/5/2022) mengatakan, informasi yang beredar menyebut penyakit PMK menyerang hewan berkaki empat seperti kambing, domba, babi dan sapi.
Sejauh ini dia berujar belum ada sapi maupun babi yang dijual di Pasar Kayuambua ada yang terjangkit. ”Mudah-mudahan tidak ada yang terjangkit, tapi agak berpengaruh terhadap perekonomian para peternak,” jelasnya.
Sampai kemarin, penjual maupun pembeli kondisinya masih stabil, meski tidak setinggi saat Hari Raya Idul Fitri lalu. Transaksi dari Januari sampai 18 Mei, sapi sebanyak 7.028 ekor, dan babi sebanyak 129 ekor.
Kepala Dinas PKP Bangli, Made Alit Parwata, mengaku mengeluarkan surat peringatan kewaspadaan terhadap PMK pada hewan ternak. Dalam surat itu, jelasnya, PMK dipaparkan sebagai penyakit infeksi virus yang bersifat akut.
“Itu penyakit yang sangat menular pada hewan berkuku genap atau belah, sapi, kerbau, kambing, domba, babi dan beberapa jenis hewan liar,” terangnya.
PMK bisa juga menular melalui lalu lintas hewan rentan dan produk ikutannya, kendaraan, serta benda yang terkontaminasi virus PMK dari wilayah tertular. Jika terjadi, dapat menimbulkan kerugian ekonomi sangat besar.
Di Bangli, sambungnya, belum ada laporan peternak hewan peliharaannya kena PMK. Untuk mencegah penularan PMK, khususnya di pasar hewan, dia berkoordinasi ke pasar hewan untuk mengawasi hewan ternak yang dijual-belikan. Misalnya terkait asal-usul ternak. gia