”Puluhan Tahun Rusak dan Minim Perhatian Pemerintah”
KARANGASEM – Situs sejarah Kerajaan Karangasem yang bernama Puri Kelodan Amlaraja sudah puluhan tahun kondisinya sangat memprihatinkan, karena bangunan yang sarat akan makna sejarah dan kebudayaan itu sampai sekarang dalam keadaan rusak. Padahal dalam sejarah kerajaan di Karangasem, Puri Kelodan Amlaraja merupakan cikal bakalnya atau Puri pertama yang ada di Kabupaten Bali Timur tersebut.
Suasana kebangkitan kembali nilai-nilai sejarah yang selama ini luput dari perhatian Pemerintah di Kabupaten Karangasem, nampak terasa ketika Gubernur Bali, Wayan Koster menghadiri undangan Pangelingsir Puri di Karangasem, pada Redite, Wage, Kuningan, Minggu (20/9/2020).
Alunan musik ‘Penting’ tradisional Karangasem yang sudah ada sejak tahun 1960 menyambut kehadiran Wayan Koster di Puri Kelodan Amlaraja Karangasem.
Dalam kunjungannya yang didampingi Ketua DPRD Karangasem, I Gede Dana dan Perwakilan Keluarga Besar Puri Amlaraja, I Gusti Gde Agung Sanjaya, tercatat Gubernur Koster terus menyematkan rasa bangganya terhadap peninggalan sejarah di Puri Kelodan Amlaraja, karena setibanya di Bale Gedong, Wayan Koster sejenak melihat lukisan Pahlawan Nasional, I Gusti Ketut Jelantik yang pernah terlibat perang melawan penjajah pada Puputan Jagaraga dan kini lukisan tersebut sangat disakralkan oleh keluarga kerajaan di Puri Kelodan Amlaraja.
Kemudian memasuki tempat peristirahatan tokoh Puri Kelodan Amlaraja yang di jaman kerajaan menjabat sebagai Pungawa Pasedahan, I Gusti Agung Bagus Karang Cakra, Gubernur Koster menyempatkan diri memberikan hormat terhadap Keris Pusaka ‘Pejenengan’ yang ditempatkan di Bale Gedong yang merupakan salah satu bangunan bergaya arsitektur Bali dan China, bahkan pada bagian dalam Bale Gedong terdapat tulisan China yang memberikan makna dibangunnya Bale Gedong tersebut pada tahun 1887.
Meskipun keberadaan Puri Kelodan Amlaraja berada di Pusatnya Kota Karangasem, namun Wayan Koster terenyuh melihat kondisi bangunan Puri yang sudah rusak, bahkan terancam akan kehilangan nilai-nilai sejarahnya, akibat tidak ada satupun perhatian Pemerintah di Karangasem hadir memberikan upaya pelestarian terhadap situs bersejarah tersebut.
“Puri Kelodan Amlaraja adalah Puri pertama dan menjadi cikal bakalnya Puri di Kabupaten Karangasem, yang kemudian berkembang dengan adanya Puri Kelodan Jelantik Anyar, Puri Kelodan Celuk Negara, dan Puri Kelodan Jagaraga, sehingga kehadiran Gubernur Bali ke Puri ini sangat memberikan kami semangat baru,” kata I Gusti Gde Agung Sanjaya selaku Perwakilan Keluarga Besar Puri Amlaraja.
Lebih lanjut, I Gusti Gde Agung Sanjaya yang memanfaatkan kesempatan bersejarah ini dengan nada tegas menitipkan pesan kepada Gubernur Koster dan Ketua DPRD Karangasem, I Gede Dana agar Pemerintah senantiasa menyatukan langkah bersama Puri di dalam mewujudkan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat. Hal itu disampaikannya, mengingat salah satu patung Pahlawan Nasional asal Karangasem, I Gusti Ketut Jelantik disebutnya tidak diperhatikan oleh Pemerintah setempat, setelah mengalami rusak parah.
“Bersyukur sekarang, patung yang memiliki ikon sejarah Karangasem ini kembali bisa berdiri tegak, setelah Ketua DPRD Karangasem, I Gede Dana berhasil menyampaikan aspirasinya kepada Pemerintah Kabupaten Karangasem untuk segera memperbaiki Patung Pahlawan tersebut,” cerita I Gusti Gde Agung Sanjaya selaku Perwakilan Keluarga Besar Puri Amlaraja yang disambut tepuk tangan.
Mendengar informasi itu dan melihat secara nyata kondisi di Puri Kelodan Amlaraja, membuat Gubernur Wayan Koster dengan nada tegas akan berjuang penuh melakukan Revitalisasi terhadap keberadaan Puri Kelodan Amlaraja. “Saya sangat berterimakasih atas undangannya di tempat yang sangat terhormat ini, saya kaget baru masuk ke Puri dan turun dari mobil melihat kondisi Puri ini, ternyata Puri yang sedang kita kunjungi adalah Puri pertama yang ada di Karangasem. Saya pribadi baru tahu ‘mare nawang’ ini tempat bersejarah,” ujar Koster.
“Semoga ini adalah tuntunan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang membawa kita kesini, karena tempat ini sangat bersejarah dan telah mewarnani perjuangan Bangsa Indonesia, hingga menjadi warisan bernilai sejarah. Sehingga menurut saya, Puri Kelodan Amlaraja harus di revitalisasi,” imbuhnya.
Kehadiran Wayan Koster semakin mengetarkan semangat Pengelingsir di Puri Karangasem untuk bersama-sama melestarikan peninggalan sejarah di Karangasem, setelah Gubernur Koster yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini mengatakan di dalam ajaran Bung Karno, sebagai warga Bangsa Indonesia harus terus ingat dengan Jas Merah atau Jangan Sesekali Meninggalkan Sejarah.
“Karena kita merdeka, pasti ada yang berjuang, kemudian ada yang memimpin perjuangan, hingga ada yang menjadi pusat perjuangan seperti di Puri Kelodan Amlaraja ini salah satunya. Karena itu, saya tanpa diminta, tanpa diajak, kalau Pangelingsir Puri berkenan, akan saya prioritaskan Puri ini untuk di revitalisasi,” tegasnya yang disambut riuh tepuk tangan.
Alasan kuat Wayan Koster untuk membangkitkan kembali Peninggalan Sejarah, karena pencetus Perda No.4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali ini meyakini di sebuah Puri terdapat ilmu pengetahuan seni, kebudayaan yang unik dan beragam, hingga Puri menjadi Pusatnya Perjuangan Bangsa di Jaman Penjajahan. Akibatnya, Bali yang memiliki kebudayaan yang unik dan beragam ini, mampu menjadi Pulau yang dikunjungi hingga disegani oleh nasional dan dunia internasional.
“Tidak hanya itu, Bali yang memiliki 8 Kabupaten/1 Kota saya catat di masing-masing wilayahnya memiliki jejak sejarah perjuangan yang sangat kaya, dan diwarisi oleh leluhur kita. Sehingga kita sebagai generasi penerus, harus melestarikannya dengan Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru dalam visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ dan berpedoman pada Tri Sakti Bung Karno, yakni kita harus Berdaulat di bidang Politik, Berdikari di bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di bidang Kebudayaan,” jelasnya.
Mantan Anggota DPR-RI 3 Periode dari Fraksi PDI Perjuangan, Dapil Bali ini mengingatkan bahwa Bali setelah mengalami penjajahan, selanjutnya Bali dan Indonesia merdeka, ternyata sampai sekarang juga mendapati sebuah dinamika yang sangat serius seperti kerusakan alam lingkungan yang terus terjadi, kemerosotan moral dan mental, hingga kecintaan dan penghormatan terhadap pembangunan kebudayaan Bali yang merupakan akar dari jati diri krama mulai tergerus.
“Kalau saya boleh kasik tanda, Bali sudah mengalami kerusakan, tanda-tandanya banyak dan sudah zona kuning. Kalau tidak cepat kita tangani, dan kelola dengan komitmen dan konsep yang jelas, maka secara nyata Bali akan makin rusak dan semakin kehilangan dari nilai-nilai kehidupan kearifan lokal masyarakat Bali itu sendiri. Sehingga disaat Bali akan memasuki era baru, lengkap dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya, saya mohon jangan sesekali kita meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal, adat istiadat, seni, kebudayaan hingga unsur lainnya di Pulau Dewata ini,” pungkasnya. alt