Ketut Sweta Swatara, Menjaga Nyala Wayang Wong Tejakula

KETUT Sweta Swatara saat mengajarkan tari wayang wong anak-anak di Tejakula. Foto: ist

POSMERDEKA.COM, BULELENG – Ketut Sweta Swatara atau yang akrab dipanggil Eta, merupakan sosok di balik terbentuknya kelompok wayang wong anak-anak di Tejakula, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Sebagai seniman wayang wong, ia merasa perlu mengajarkan kesenian tua ini kepada anak-anak untuk regenerasi, pula mendekatkan anak-anak dengan warisan leluhur.

Tapi menjadi pelatih wayang wong anak-anak jelas bukan rencana awalnya. Sebab pada awalnya ia hanya melatih dua anaknya sendiri dan keponakannya di rumah dan beberapa anak tetangga setelahnya. Lalu, semua ini seperti terjadi begitu saja saat ia memosting kegiatan belajar-mengajar itu ke media sosial. ‘’Jadilah banyak orang tua yang mau anak-anaknya diajari,’’ terang Eta.

Bacaan Lainnya

Ia sempat bimbang. Ia mencoba menggali informasi siapa seniman Wayang Wong Tejakula yang lain yang sudah melakukan hal yang sama, yakni mengajarkan tarian wayang wong kepada anak-anak secara umum. Tapi ia tak mendapat jawaban.

Ternyata selama ini memang belum ada sekaa wayang wong anak-anak di Tejakula. Para seniman wayang wong biasanya hanya mengajarkan tarian ini kepada keluarganya sendiri secara pribadi.

Dari sana tekad Eta semakin bulat. Jadilah ia, di sela-sela pekerjaannya sebagai front office di salah satu hotel di Tejakula, mengajar tarian wayang wong kepada banyak anak secara umum dan terbentuklah kelompok Wayang Wong Anak-Anak Tejakula seperti sekarang ini. ‘’Saya mulai tahun 2020. Awalnya anak-anak dan keponakan saya sendiri. Lalu ketambahan enam anak tetangga,’’ katanya.

Baca juga :  Corona Merebak, Unhi Kembangkan Teh Herbal untuk Daya Tahan Tubuh

Eta menerangkan, perjalanan terbentuknya sekaa wayang wong anak-anak ini. Merasa apa yang dilakukannya tepat dan bermanfaat, pada tahun tersebut Eta melaporkan niat baiknya kepada Camat Tejakula yang baru.

Gayung bersambut, impian Eta tak bertepuk sebelah tangan. Dengan senang hati Pak Camat mendukung apa yang ia niatkan. “Pak Camat sampai memfasilitasi tempat ini untuk latihan. Dan beliau mengundang lebih banyak anak-anak untuk ikut latihan,” sambungnya.

Eta melatih anak-anak Tari Wayang Wong Tejakula di tempatnya Pak Camat, di Sekretariat Komunitas Jejaring Pemerhati Lingkungan (Jepri-Link), Banjar Dinas Tegal Sumaga, Tejakula, sampai sekarang. ‘’Setelah saya posting di Facebook, makin banyak orang tua yang mendaftarkan anak-anaknya. Dan, awal 2021, baru latihan sekitar tiga atau empat bulan, sudah ada undangan pentas di Taman Bung Karno (TBK),’’ ungkapnya.

Berkat niat Eta yang tulus, Wayang Wong Tejakula sepertinya akan terus menyala dan tak sekadar sebagai rangkaian upacara agama, pula sebagai hiburan adiluhung yang mewarnai panggung-panggung seni pertunjukan modern. Pengetahuan gerak, pakem, nilai-nilai, karakter, ia ajarkan dengan serius dan hati-hati kepada setiap anak didiknya.

Selama ini, Eta tak memungut uang sepeser pun dari anak-anak yang ikut latihan tari wayang wong. Namun, setiap anak yang ikut latihan dianjurkan membawa sampah plastik setiap minggu. ‘’Kami juga tidak pernah mematok harga saat anak-anak diminta tampil di suatu acara. Paling hanya cukup untuk transportasi atau konsumsi aja kami sudah bersyukur. Yang jelas, anak-anak di sini kami beri pemahaman bahwa menari itu orientasinya bukan upah,’’ pungkasnya. edy

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.