POSMERDEKA.COM, MATARAM – Mantan Gubernur NTB, Zulkieflimansyah; dan mantan Wagub Sitti Rohmi Djalilah atau dikenal Zul-Rohmi, dinilai akan kembali berpasangan pada Pilkada NTB 2024. Sebagai petahana, keduanya dipandang punya kans menang besar.
Direktur Lembaga Kajian Sosial Politik M-16, Bambang Mei Finarwanto, mengatakan, petahana memiliki keuntungan signifikan. “Mereka punya pengalaman memimpin dan memiliki rekam jejak yang bisa dinilai pemilih,” kata dia didampingi Sekretaris M-16, Lalu Athari Fathullah; dan Dewan Pendiri M-16, Hendra Kesumah, di Mataram, Rabu (20/3/2024).
Dia menuturkan, sejumlah pihak mulai menarik-narik Sitti Rohmi untuk menjadi pasangan dalam Pilkada NTB. Misalnya muncul opsi duet pasangan Penjabat Gubernur NTB, Gita Ariadi, dengan Rohmi. ”Namanya juga usaha. Orang akan mematut-matutkan dirinya dengan figur seperti Rohmi. Apalagi beliau merupakan representasi NWDI, salah satu organisasi massa Islam terbesar di NTB,” ujar Bambang.
Berdasarkan proporsi kursi partai pengusung sesuai perolehan hasil Pemilu 2024, PKS sebagai tempat Zul bernaung meraih delapan kursi DPRD NTB. Perindo sebagai partai Rohmi hanya meraih tiga kursi. Jelas belum cukup untuk mendapat syarat dukungan minimal mengusung paslon yang 20 persen dari 65 kursi DPRD NTB.
Namun, Zul-Rohmi tetap jadi magnet kuat bagi parpol membentuk koalisi. ”Petahana itu selalu memiliki daya tarik tersendiri. Itu sebabnya partai politik akan lebih cenderung mendukung petahana, karena mereka membuktikan diri sebagai kandidat yang dapat memenangkan pemilihan sebelumnya,” ulas Bambang.
Selain itu, prestasi dan rekam jejak positif petahana akan meyakinkan pemilih bahwa mempertahankan status quo adalah pilihan terbaik bagi keberlanjutan pembangunan daerah. Petahana sering unggul dalam hal pengenalan nama dan identifikasi dengan pemilih. Makanya pemilih akan lebih akrab dengan nama petahana dibandingkan dengan calon yang baru, dan ini membantu dalam mengumpulkan dukungan.
Di sisi lain, katanya, Zul-Rohmi jilid II tak lepas dari tantangan. Menurut Bambang, sentimen politik dapat berubah signifikan seiring waktu, terutama dalam menanggapi peristiwa-peristiwa politik, sosial, atau ekonomi yang penting. Di sini, petahana dituntut memperhatikan pergeseran opini publik terkait dengan kinerja pemerintahan.
Selain itu, biasanya akan muncul pula isu-isu baru yang mendapat perhatian publik, atau meningkatnya kesadaran akan isu-isu tertentu dapat mengubah dinamika politik secara signifikan. Petahana harus siap menanggapi isu-isu baru ini dengan cepat dan efektif, baik dengan menyampaikan solusi konkret atau dengan mengadaptasi platform media kampanye mereka untuk mencakup isu-isu yang baru muncul.
Demikian juga dengan struktur baru demografi pemilih, berkaca pada Pemilu 2024. Di NTB misalnya, banyak kandidat yang di atas kertas harusnya akan melenggang kembali dengan mulus, namun nyatanya tidak demikian. Yang terjadi, justru banyak tumbang dan tergantikan pendatang baru.
”Petahana perlu memahami perubahan demografi ini, dan memperhitungkannya dalam strategi kampanye mereka jika ingin menang kembali,” tandasnya. rul